Jogja
Selasa, 26 Mei 2015 - 01:20 WIB

PERTANIAN SLEMAN : Desa Tamanmartani Olah Limbah Jadi Pupuk Murah

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemupukan tanaman padi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Pertanian Sleman di Desa Tamanmartani memanfaatkan limbah kotoran dan sampah yang ada.

Harianjogja.com, SLEMAN – Pemerintah Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman, memelopori pembuatan pupuk murah yang terbuat dari limbah kotoran sapi dan sampah yang
ada di wilayah tersebut.

Advertisement

“Ide pembuatan pengolahan limbah menjadi pupuk murah ini karena adanya keprihatinan mahalnya harga pupuk dan keinginan petani di sini untuk mengurangi penggunaa pupuk kimia,” kata Kepala Desa Tamanmartani Gandang Harjananta, Senin (25/5/2015).

Menurut dia, pupuk hasil olahan kotoran sapi dan sampah ini dijual murah kepada para petani dan sebagian ada yang dijual ke luar wilayah.

Advertisement

Menurut dia, pupuk hasil olahan kotoran sapi dan sampah ini dijual murah kepada para petani dan sebagian ada yang dijual ke luar wilayah.

“Harga pupuk ini sangat terjangkau, hanya Rp500 perkilogram,” katanya.

Ia mengatakan, pengolahan pupuk limbah ini juga dikerjakan oleh para pemuda Karang Taruna Desa Tamanmartani dengan bantuan peralatan dari Kementerian Perindusterian pada 2014.

Advertisement

Proses selanjutnya, kotoran yang sudah kering di masukkan ke dalam enam mesin, termasuk mesin penggiling.

“Dari seluruh proses ini akan menghasilkan butiran pupuk, setelah itu kemudian dilakukan pengemasan dalam karung masing-masing seberat 20 kilogram. Seluruh proses menggunakan mesin hingga proses pengepakan,” katanya.

Gandang mengatakan, mesin pengolahan pupuk organik ini mampu memproduksi satu ton pupuk organik dengan delapan jam kerja sehari.

Advertisement

“Diharapkan dengan produksi ini kebutuhan pupuk murah tidak hanya dinikmati warga Desa Tamanmartani saja, namun bisa lebih luas lagi memasarkan ke sejumlah wilayah di Kabupaten
Sleman,” katanya.

Ia mengatakan, sebelumnya mesin-mesin pengolah pupuk ini sempat mangkrak karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan warga.

“Namun berkat keinginan yang kuat dari warga dan karang taruna, akhirnya mereka belajar untuk dapat mengoperasikannya, sehingga saat ini banyak memberi manfaat ekonomi bagi warga,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif