Jogja
Selasa, 8 Agustus 2017 - 21:55 WIB

PERTUMBUHAN EKONOMI DIY : Pendapatan Turun tapi Belanja Naik

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengunjung mulai memadati Pasar Beringharjo Barat, Sabtu (17/6/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Warga DIY pesimistis dengan pendapatan yang akan diperoleh pada triwulan III 2017 ini

Harianjogja.com, JOGJA-Warga DIY pesimistis dengan pendapatan yang akan diperoleh pada triwulan III 2017 ini. Pendapatan rumah tangga yang akan diterima dirasa tidak akan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Bahkan pendapatannya akan lebih rendah dari pengeluaran untuk belanja.

Advertisement

Kondisi tersebut tertuang dalam pemaparan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) DIY dalam rilis berita statistik di Kantor BPS DIY, Senin (7/8/2017) kemarin. Kepala BPS DIY JB. Priyono mengatakan, ITK menggambarkan kondisi ekonomi konsumen selama triwulan berjalan dan perkiraan kondisi satu triwulan ke depan.

Di DIY, survei ITK dilakukan pada 400 rumah tangga. Dalam mengukur ITK, ada dua variabel pembentuk yang digunakan yakni pendapatan rumah tangga mendatang serta rencana pembelian barang tahan lama seperti elektronik, perhiasan, mebel, motor, termasuk juga rekreasi dan hajatan.

Advertisement

Di DIY, survei ITK dilakukan pada 400 rumah tangga. Dalam mengukur ITK, ada dua variabel pembentuk yang digunakan yakni pendapatan rumah tangga mendatang serta rencana pembelian barang tahan lama seperti elektronik, perhiasan, mebel, motor, termasuk juga rekreasi dan hajatan.

ITK DIY pada triwulan II 2017 sebesar 122,35, sehingga dapat dikatakan kondisi ekonomi konsumen dalam taraf optimis. Priyono menjelaskan, jika data menunjukkan angka di bawah 100, diartikan bahwa masyarakat pesimis, sementara jika di atas 100 dalam kondisi optimis.

Namun, data perkiraan ITK pada triwulan III turun menjadi hanya 103,96 meski masih dikatakan optimis. Jika dilihat lagi dari variabelnya, perkiraan pendapatan rumah tangga dalam kondisi pesimis karena menduduki nilai 99,80.

Advertisement

Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa, perkiraan pendapatan rumah tangga DIY paling rendah. Provinsi lainnya seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan jawa Timur, dan bahkan angka nasional berada di atas 100.

Priyono menyampaikan, perkiraan pendapatan yang rendah ini baru terjadi kali ini. Sebelumnya, perkiraan pendapatan rumah tangga di DIY selalu dalam kondisi optimis.

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Ardito Bhinadi mengimbau masyarakat untuk cermat dalam mengelola keuangan. Sebab, jika melihat dari dua variabel tersebut, aspek pendapatan diproyeksi menurun sementara belanja justru naik. Harapannya tidak akan terjadi defisit pada rumah tangga.

Advertisement

Lebih lanjut ia menjelaskan, pada triwulan ke-III dan IV memang ada momentum yang membuat rumah tangga harus mengalokasikan pengeluaraannya. Mulai dari biaya sekolah anak, Iduladha, sampai rencana akhir tahun. Sebaliknya, pada dua triwulan terakhir ini pula, tidak ada faktor-faktor yang mendorong kenaikan pendapatan.

“Kenaikan upah sudah di awal tahun,” katanya. Selain itu, penerimaan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya juga sudah diterima pada triwulan II.

Ardito mengatakan, meski pendapatan menurun tetapi masih ada tawaran-tawaran menarik yang membuat rumah tangga tetap melakukan konsumsi. “Sekarang elektronik, mebel, alat-alat rumah tangga saja bisa dibeli dengan dicicil sehingga mendorong untuk tetap melakukan konsumsi,” katanya.

Advertisement

Meski demikian, ia tetap mengimbau agar masyarakat tetap cermat dalam menggunakan uangnya untuk belanja. Sebab proyeksi pendapatan turun, sementara belanjanya tinggi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif