SOLOPOS.COM - Pasar Bring Harjo (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, JOGJA-Kenaikan pertumbuhan ekonomi DIY tidak dibarengi dengan pemerataan ekonomi antardaerah. Ketimpangan perekonomian antarkota/kabupaten justru mengalami tren peningkatan pada 2012-2013.

“Ketimpangan cenderung meningkat menjadi 45,47 persen pada 2013 dari 45,24 persen pada 2012,” ungkap Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat rapat paripurna penghantaran Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur DIY di DPRD DIY, Senin (17/3/2014).

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Fakta tersebut, menurut Sultan, perlu menjadi perhatian bersama, sehingga pembangunan jangka menengah ataupun jangka panjang ke depan lebih diarahkan untuk pemerataan ekonomi antarkota/kabupaten.

Sementara itu, target pengentasan kemiskinan tak tercapai. Secara makro penduduk miskin di DIY mengalami penurunan jadi 15,03% pada September 2013 dari sebelumnya 15,88% pada September 2012.

“Meski demikian penurunan kemiskinan sebesar 0,85 persen tak penuhi target 2 persen,” katanya.

Sultan mengungkapkan, berdasarkan data ekonomi makro 2013, nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp63,69 triliun, sementara PDRB atas dasar harga konstan Rp24,46 triliun dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,40%.

“Tingkat pertumbuhan ekonomi ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi yang dicapai DIY selama lebih satu dekade setelah krisis ekonomi 1997/1998,” katanya.

Secara umum, perkembangan output daerah itu dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukan dengan peningkatan pendapatan per kapita.

PDRB nominal per kapita 2013 mencapai Rp17,98 juta meningkat sebesar 9,95% dari 2012, sementara PDRB riil per kapita meningkat sebesar 3,78% menjadi Rp6,94 juta pada 2013 dari Rp6,68 juta pada 2012.

Menurut Sultan, dalam LKPJ itu, pertumbuhan perekonomian karena meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, dilihat dari meningkatnya kinerja koperasi, usaha kecil dan menengah. “Pada 2013 koperasi aktif 2.176 unit, sedangkan tahun sebelumnya 2.090,” ungkapnya.

Adapun UKM, jumlahnya meningkat 2,29% dari 2012 sebanyak 81.553. Unit usaha itu meliputi industri pangan, sandang, kulit, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika dan industri kerajinan.

Pada sektor wisata, jumlah wisatawan juga meningkat menjadi 2.837.962 orang dari 2.215.832 orang. Sultan mengatakan, sektor wisata adalah andalan dalam pembangunan perekonomian.

“Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta seluruh stakeholder pariwisata untuk berusaha membangun citra positif Jogja sebagai tujuan wisata terkemuka,” pintanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya