Jogja
Rabu, 7 September 2016 - 10:40 WIB

PERUMAHAN DI SLEMAN : Pertambahan Perumahan di Bantaran Sungai Bisa Picu Bencana

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek pembangunan perumahan (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis)

Pertumbuhan perumahan di wilayah setempat mulai merambah ke bantaran-bantaran sungai.

Harianjogja.com, SLEMAN – Forum Koordinasi Sungai Winongo Asri, Kabupaten Sleman, menilai saat ini pertumbuhan perumahan di wilayah setempat mulai merambah ke bantaran-bantaran sungai sehingga berpotensi menimbulkan bencana.

Advertisement

“Perumahan-perumahan di Sleman saat ini telah memakan bantaran sungai, ini dapat membawa dampak pada bencana banjir, tanggul jebol, dan longsor, terutama pada musim hujan,” kata Sekretaris Jenderal Forum Koordinasi Winongo Asri (FKWA) Sukarmin seperti dikutip Antara, Selasa (6/9/2016).

Menurut dia, salah satu contoh tumbuhnya perumahan di dekat sungai seperti di Desa Sinduadi, Mlati, Sleman.

“Perumahan yang sudah memanfaatkan tepi sungai sudahterjadi di Sleman, tidak hanya di Kota Yogyakarta,” katanya.

Advertisement

Ia mengatakan, wilayah FKWA yang meliputi enam kecamatan, yaitu Turi, Pakem, Ngaglik, Sleman, Mlati, dan Gamping, ini terus melakukan pengawasan di wilayah aliran Sungai Winongo.

“Ketika ada pengembang yang ingin melakukan pembangunan di tepi sungai, akan ditegurnya. Kalau yang belum terlanjur ada sosialisasi. Kalau yang akan dibangun oleh pengembang, pasti akan mendapat teguran kami,” katanya.  Ia mengatakan, wilayah tepi sungai yang menjadi sasaran para pengembang ini menurutnya karena harga yang lebih murah. Kemudian, pondasinya pun dibuat memakan bantaran.  “Dampak buruknya ke depan akan banyak titik yang longsor. Tanggul jebol maupun terjadi luapan karena debit air yang tinggi,” katanya.

Sukarmin mengatakan, musim hujan sebelumnya, telah terjadi bencana di 12 titik, seperti di Desa Sariharjo, Ngaglik, dan Mranggen, Sinduadi, Mlati.

Advertisement

“Kami selalu menyampaikan imbauan untuk ‘mundur, munggah, madep kali’ (M3K) atau mundur, naik dan menghadap ke sungai,” katanya.

Hal sama juga di katakan Ariyanto dari Forum Sungai Code Yogyakarta yang terus mensosialisasikan M3K kepada warga di bantara Sungai Code.

“M3K ini juga terus diterapkan di bantaran Sungai Code, Yogyakarta. Kami terus berjuang untuk M3K. Warga juga diimbau agar muka sungai menjadi halaman rumah,” katanya.

Menurut dia, dengan program M3K ini, diharapkan ke depan bisa diminimalkan bencana di bantaran sungai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif