SOLOPOS.COM - Suasana pembagian hosti kudus dalam Misa Natal 2015 di Goa Tritis, Dusun Bulu, Paliyan, Jumat (25/12/2014) pagi. (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pesan Natal dalam Misa di Gua Maria Tritis, Singkil, Giring, Paliyan, Romo Bambang Ponco Santoso mengajak umat mencintai alam

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Setiap Misa Natal pasti diisi dengan sebuah homili yang akan menarik isi Injil pada beragam hal terkait nilai-nilai hidup praktis, begitu pula isi homili pada Misa Natal 2015 di Gua Maria Tritis, Singkil, Giring, Paliyan, Jumat (25/12/2015).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Misa baru saja dimulai pada pukul 10.00 WIB di Gua Maria Tritis. Ada sekitar seratus jemaat sudah duduk dan mulai membuka ibadat ekaristi dengan membuat tanda salib. Ada satu hingga dua orang jemaat yang terlambat, meski demikian ibadat tetap berjalan. Kidung mazmur tetap memenuhi gua yang juga menjadi lokasi wisata ziarah itu.

Seorang lektor perempuan yang tampil berbatik biru dan bersanggul maju mendekati sebuah mimbar. Dirinyalah yang kemudian membacakan bacaan pertama Misa Natal 2015, yang diambil dari Yesaya 62:11-12, “Inilah yang telah diperdengarkan Tuhan sampai ke ujung ke ujung bumi: Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Penyelamatmu datang. Mereka yang dikumpulkan dengan jerih payahNya ada bersama-sama dengan Dia, dan mereka yang dihimpunNya berjalan di hadapanNya. orang yang menyebut mereka ‘Bangsa Kudus’, ‘Orang-orang Tebusan Tuhan’, dan engkau akan disebut ‘Yang Dicari’, ‘Kota Yang Tidak Ditinggalkan”. Begitu yang dibacakan oleh sang lektor.

Mazmur kemudian berkumandang. Tak begitu lama, kemudian pemimpin misa, yakni Romo Bambang Ponco Santoso menyampaikan homilinya. Diawali dengan menyebutkan tema Natal kali ini ‘Bersama Seluruh Keluarga Allah, Ayo Kita Bersama Melestarikan Seluruh Alam Ciptaan’. Selanjutnya ia kemudian menerangkan bahwa tema yang diambil tadi, bukanlah sekedar tema, melainkan sebuah gerakan dunia.

Seluruh umat, tanpa terkecuali, diajak untuk ikut memelihara alam ciptaan. Romo menyinggung tentang prestasi Gunungkidul dengan Geopark Gunungsewunya. Sehingga, menjaga kelestarian alam, bukan hanya menjadi tugas pemerintah, melainkan juga umat. Sebagai bagian dari alam Gunungkidul.

Romo berkacamata in juga sedikit menyesalkan kebiasaan masyarakat yang sekalipun rajin membersihkan lingkungan, namun kerap membakar sampah dan dedaunan jati di sekitar rumah mereka. Padahal, membakar sampah atau dedaunan, bukan hanya berpotensi menyebabkan kebakaran hutan, melainkan juga menyebabkan dampak perubahan iklim.

“Mari kita membuat sesuatu yang indah untuk bumi ini. Setidaknya untuk jemaat Singkil, mulai tahun depan mboten nate ngobong uwuh dan daun jati malih. Mpun mboten saged, pripun? saged mboten? [Mari kita membuat sesuatu yang indah untuk bumi ini. Setidaknya untuk jemaat Singkil, mulai tahun depan jangan pernah membakar sampah dan daun jati lagi, Sudah tidak boleh, bagaimana? bisa tidak?,” tanya Romo, dengan bahasa Indonesia bercampur bahasa jawa. Yang kemudian dijawab serentak oleh jemaat “Saged [Bisa],”.

Kemudian, ia meniru apa yang sempat diucapkan oleh Paus Fransiskus, bahwa bumi adalah tempat tinggal bersama, maka marilah menjaga alam agar dapat hidup dengan tenang dan nyaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya