SOLOPOS.COM - Ilustrasi (collegeguild.org)

Harianjogja.com, BANTUL- Pemilik pesantren Darussunah di RT 8 Dusun Nitipuran, Ngestiharjo, Kasihan Bantul pasrah dengan langkah Bupati Bantul yang menutup sementara pesantren tersebut, sebagai buntut terjadinya penyerangan rumah warga, Minggu (2/3/2014).

Pemilik Pesantren, Munajad menyatakan, pasrah bila warga akhirnya menutup Pesantren yang telah dibangunnya sejak 2010 itu. “Silahkan saja kalau mau ditutup, tapi bagaimana nanti nasib anak-anak santri di sana,” ujarnya, Rabu (5/3/2014).

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Munajad sebelumnya membantah bila pelaku perusakan adalah santrinya. Meski diakuinya, para pelaku perusakan memarkir kendaraan sepeda motor di depan Pesantren Darussunah.

“Itu bukan santri kami, saya tidak tahu siapa mungkin teman wali santri,” tuturnya.

Pelaku Belum Ditangkap

Terkait pelaku perusakan rumah, polisi hingga kini belum menangkap satu orang pun pelaku. Kapolres Bantul Ajun Komisaris Besar polisi Surawan mengklaim, penyelidikan masih terus berjalan.

“Sampai sekarang penyelidikan masih jalan tapi kami belum menangkap pelaku, masih kami cari,” tuturnya.

Marwan, tokoh warga setempat mengatakan, bila polisi tidak segera menangkap pelaku perusakan maka warga yang akan turun sendiri mencari pelakunya. Polisi kata dia harus segera menuntaskan kewajibannya, sebab bila warga bertindak justru sulit dikontrol.

“Kalau polisi tidak mampu biar kami yang cari sendiri, tapi jangan salahkan nanti kalau terjadi apa-apa,” tegas Marwan.

Warga sebelumnya juga menuntut agar pesantren itu ditutup secara permanen karena selama ini dianggap meresahkan masyarakat. Warga mengungkapkan, penghuni dan wali santri yang melintas di gang kecil di lokasi kejadian tersebut kerap mengebut meski telah diperingatkan warga.

Lantaran adanya teguran dari warga itulah, puluhan orang balik menyerang membabi buta dengan merusak rumah warga menggunakan senjata tajam serta mengancam ingin membunuh pada Minggu (2/3/2014) lalu. Selain itu, warga santri menurut warga lebih senang mengeksklusifkan diri alias tidak mau berbaur dengan masyarakat, lantaran dianggap tidak sealiran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya