Jogja
Senin, 21 Desember 2015 - 19:20 WIB

PESAWAT GOLDEN EAGLE JATUH : KSAU Sebut Profesi Penerbang Melawan Kodrat

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna menandatangani pesawat tempur Hawk MK-53 dalam upacara penyambutan penerbangan terakhir Hawk MK-53 di Lapangan Udara Adisutjipto, Yogyakarta, Kamis (12/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Pesawat Golden Eagle Jatuh dan menewaskan dua pilot.

Harianjogja.com, SLEMAN- Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna melayat sekaligus memberikan santunan di rumah duka Kapten Pnb Dwi Cahyadi di Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman sekitar pukul 09.00 WIB.

Advertisement

(Baca juga : PESAWAT GOLDEN EAGLE JATUH : Penerbang Dwi Cahyadi Dimakamkan di TMP Kusumanegara)

Sebelum itu Agus memberikan pengarahan kepada para penerbang dan siswa Sekolah Penerbang yang bertugas di Lanud Adisutjipto di Wisma Adisutjipto. Agus terbang Iswahjudi Madiun pukul 10.00 WIB untuk melayat ke rumah Marda Sarjono.

Agus meminta kepada seluruh penerbang agar tabah dan sabar sekaligus menjadikan insiden kecelakaan itu sebagai pelajaran karena sewaktu-waktu semua penerbang akan mendapatkan tugas serupa. Ia berusaha memompa semangat penerbang untuk terus mengisi kekurangan dalam setiap misi penerbangan.

Advertisement

“Dengan semangat, akan timbul airmanship. Sehingga setiap melaksanakan tugas harus utamakan keselamatan terbang dan kerja,” tegasnya di Base Ops Adisutjipto, Senin (21/12/2015).

Agus berpendapat profesi penerbang sebenarnya sudah melawan kodrat. Dalam arti, kata dia, melawan apa yang diciptakan Tuhan bahwa hidup itu di darat dengan menghirup oksigen yang diberikan langsung oleh Tuhan.

Tapi, penerbang hidup di udara bahkan dengan bermain di gaya gravitasi dengan menggunakan oksigen palsu. Karena itu doa tidak boleh dilupakan ketika akan melakukan penerbangan. “Jadi airman itu, tidak sembarangan,” ujarnya.

Advertisement

Ia mengakui manusia pasti memiliki kekurangan tak terkecuali dalam melakukan aerobatik.  Tetapi setiap permainan aerobatik jika terjadi kesalahan dalam hitungan detik maka akan berakibat fatal. “Misal salah 1,8 second ketika kita bermain, pasti akan mengalami sesuatu yang berbeda,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif