Jogja
Kamis, 24 Maret 2022 - 21:35 WIB

Petani di Kulonprogo Dilatih Pahami Potensi Cuaca Ekstrem, Untuk Apa?

Hafit Yudi Suprobo  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) saat mengikuti kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik 2022 yang digelar oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Kamis (24/3/2022) di kalurahan Wijimulyo, kapanewon Nanggulan, Kulonprogo. (Harian Jogja/Hafit Yudi Suprobo)

Solopos.com, KULONPROGO — Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melatih petani di Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, untuk memahami potensi cuaca ekstrem maupun perubahan iklim.

Sebanyak 60 petani di Kapenewon Naggulan, Kulonprogo, mengikuti pelatihan dalam Sekolah Lapang Iklim (SLI) Tematik 2022 yang digelar BMKG pada Kamis (24/3/2022) di Kalurahan Wijimulyo, Kapandewon Nanggulan.

Advertisement

“Informasi cuaca dan iklim yang semakin sering berubah-ubah tidak karuan kemudian semakin tidak pasti menjadi dasar pelatihan kepada petani. Petani diharapkan mampu memahami informasi tentang cuaca maupun iklim berdasarkan informasi yang diterbitkan oleh BMKG,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: Brakk! Motor Tabrak Truk Berhenti, Anggota Polres Kulonprogo Meninggal

Advertisement

Baca Juga: Brakk! Motor Tabrak Truk Berhenti, Anggota Polres Kulonprogo Meninggal

Dia menyampaika pelatihan kepada petani yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dinilai menjadi hal yang krusial. Petani, kata Dwikorita, saat ini sudah tidak relevan jika harus menggunakan ilmu titen maupun pranata mangsa dalam memutuskan masa tanam maupun panen.

“Pelatihan menjadi modal bagi petani agar tidak salah menentukan langkah. Apabila salah perhitungan, risiko terburuk adalah gagal panen karena dampak cuaca ekstrem seperti badai, banjir, kekeringan hingga puting beliung yang dapat merusak tanaman. Dengan pelatihan ini, petani diharapkan mampu mengantisipasi hal tersebut,” jelas Dwikorita.

Advertisement

Baca Juga: Layanan PDAM Kulonprogo Baru Jangkau 37% Masyarakat, Ini Alasannya

“Jika petani sudah mampu mendapatkan informasi mengenai cuaca maupun iklim, petani mampu melihat cuaca hari ini paling tidak enam hari sebelumnya. Kemudian, untuk iklim bisa mengetahuinya bahkan enam bulan sebelumnya. Sehingga, petani bisa menentukan rencana masa tanam hingga panen, kemudian kapan harus menunda masa tanam dan panen,” ungkap mantan rektor UGM ini.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelayanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menyatakan program SLI yang ditujukan kepada sejumlah petani di beberapa wilayah telah menunjukkan dampak positifnya. Kegiatan SLI diklaim mampu meningkatkan produktivitas hasil pertanian sebesar 30 persen.

Advertisement

“Berdasarkan evaluasi yang kami lakukan sejak 2011 paling tidak ada peningkatan hingga 30 persen jika dibandingkan dengan sebelum diselenggarakannya kegiatan SLI ini. SLI cukup efektif dalam memberikan pendampingan kepada petani, khususnya saat menentukan kapan masa tanam maupun panen,” terang Ardhasena.

Baca Juga: Sedih, Petani di Kulonprogo Kehilangan Seekor Sapi Seharga Rp13 Juta

Bupati Kulonprogo Sutedjo mengatakan kegiatan SLI ini merupakan langkah strategis yang dilakukan oleh BMKG. Hal ini karena, potensi cuaca ekstrem di Kulonprogo masih bisa terjadi sewaktu-waktu. Perlu adanya sebuah indikator bagi petani dalam menentukan kapan masa tanam maupun panen yang tepat.

Advertisement

“Dengan adanya program SLI ini petani kami mampu mengantisipasi terjadinya dampak dari cuaca ekstrem terhadap hasil pertanian. Petani juga kan tidak boleh ngawur saat bertani. Harus menimbang sejumlah hal sebelum masa tanam maupun panen sesuai dengan informasi cuaca maupun iklim dari BMKG,” imbuh Sutedjo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif