SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi perah (Endang Muchtar/JIBI/Bisnis)

Peternakan Sleman, Merapi Project tetap berusaha mewadahi peternak

Harianjogja.com, SLEMAN — Peternak peserta Program Merapi Project dipastikan bebas dari tanggungan utang. Program ini juga diyakinkan tetap berjalan meski ada sejumlah peternak yang mengundurkan diri.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Operation Director PT Sarihusada Generasi Maharadika (SGM), Rizki Raksanugraha mengatakan tidak ada halangan apapun dari pihaknya jika peternak ada yang mengundurkan diri. Meski demikian, kesempatan tetap terbuka lebar bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan program ini.

“Merapi Project tetap berjalan sesuai tujuan utamanya,” ujarnya, Jumat (1/9/2017).

Tujuan utama dari program ini ialah pemberdayaan warga paska-erupsi Merapi pada 2010. Ia juga menambahkan jika tidak ada batasan bagi peternak untuk menjual susu hasil perahannya. Maksudnya, petenak bebas menjual susu hasil perahan pada siapa saja meski perusahaanya yang menaungi prgram ini.

Selama ini susu dengan kualitas baik dihargai Rp5.000 per liter. Guna menjaga kualitas produk dan produktivitas susu sapi juga pihak perusahaan menyediakan pendampingan melalui pihak ketiga. Adapun, Merapi Project juga memiliki program satelit bernama Farming Indcome Generate Activities melalui pengolahan produk mentah salah satunya pemanfaatan susu pasturisasi dan kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Ia juga menguraikan jika Merapi Project bersifat sukarela dengan fasilitator dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya sejumlah peternak warga Plosorejo, Umbulharjo dan Pagerharjo, Kepuharjo mengeluhkan nasibnya ke pemkab yang terlilit hutang ke pihak perbankan. Sejumlah masalah muncul dalam penyelenggaraannya sehingga produktivitas susu sapi tidak dilanjutkan.

Bupati Sleman, Sri Purnomo menjelaskan jika penghapusan hutan peternak sudah disepakati bersama oleh pihak perusahaan. Namun, warga diminta juga tidak memberikan tuntutan tambahan berupa kompensasi yang di luar kesepakatan awal yang dibangun. Menurutnya, muncul gangguan berupa penyakit sehingga sapi tidak produktif dan gagal beranak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya