SOLOPOS.COM - Hewan Kurban (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Dana tersebut di antranya akan digunakan untuk memperbaiki reproduksi sapi indukan yang selama ini tercatat masih rendah.

Harianjogja.com, SLEMAN– Pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp1,1 triliun untuk mendorong produksi pedet atau anakan sapi menjadi tiga juta ekor. Dana tersebut di antranya akan digunakan untuk memperbaiki reproduksi sapi indukan yang selama ini tercatat masih rendah.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI, I Ketut Diarmita menjelaskan, kebijakan pemerintah untuk menggenjot produksi sapi betina tersebut direalisasikan melalui program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab). Pemerintah, katanya, menggandeng profesi dokter hewan untuk menyukseskan program tersebut.

“Selain menangani gangguan reproduksi lewat deteksi dini birahi, dokter hewan juga akan melakukan perbaikan pakan, inseminasi buatan dan penanganan penyakit gangguan reproduksi,” katanya usai pertemuan dengan 500 Dokter Hewan yang tergabung dalam Asosiasi Medik Reproduksi Veteriner Indonesia (Amervi) di UGM, Senin (13/2/2017).

Selain soal gangguan reprosuksi, katanya, persoalan lain dalam meningkatkan produksi sapi adalah rendahnya kualitas pakan. Dia berharap, melalui program tersebut perbaiki kualitas pakan sapi indukan bisa dilakukan. Oleh karenanya, keberhasilan program tersebut juga bergantung dari peran dokter hewan yang bertugas di pusat kesehatan hewan (puskeswan). “Tidak hanya Puskeswan di daerah, tetapi juga dokter hewan praktek mandiri. Mereka garda terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan ternak,” ujarnya.

Ketua Amervi Agung Budiyanto mengatakan, populasi sapi lewat penaganan gangguan reproduksi sapi betina indukan memang perlu dilakukan. Pasalnya, penyakit gangguan reproduksi masih menjadi kendala terbesar dalam peningkatan produksi populasi sapi di Indonesia. Agung menjelaskan, sapi betina yang mengalami gangguan reproduksi kecil kemungkingan akan bunting. “Sekitar 5 hingga 10 persen populasi sapi di Indonesia saat ini mengalami gangguan reproduksi. Yang memiliki kemampuan dan kewenagan dalam pengobatan gangguan reproduksi itu dokter hewan,” tandasnya.

Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Kehutanan (DPPK) Sleman Widi Sutikno, populasi sapi di wilayah Sleman sekitar 50.000 ekor. Adapun Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) yang memantau kesehatan ternak berjumlah 14 unit. kondisi tersebut, lanjutnya, dinilai cukup memadai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya