Jogja
Sabtu, 12 Desember 2015 - 18:20 WIB

PILKADA SERENTAK DIY : Rakyat Jenuh dengan Petahana

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bupati Bantul Sri Surya Widati naik andong saat mendaftar calon bupati di KPU Bantul, Minggu (26/7/2015). (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Pilkada serentak DIY menunjukkan rakyat jenuh dengan pemimpin Petahana

Harianjogja.com, SLEMAN-Partisipasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sleman yang tidak melampaui target 85% mengundang pengamat politik angkat bicara. Pengamat menilai rendahnya partisipasi karena rakyat jenuh dengan sosok petahana (incumbent).

Advertisement

Di Sleman, calon bupati nomor satu Yuni Satia Rahayu dan calon nomor dua Sri Purnomo merupakan petahana yang sebelumnya menjabat Bupati-Wakil Bupati Sleman 2010-2015. Keduanya pecah dan memilih pasangan masing-masing dalam Pilkada 2015.

“Dari sisi kandidatnya di Sleman ada petahana semua sehingga kejenuhan bisa jadi penyebab,” kata pengamat politik dari Fisipol UGM, Mada Sukmajati, Jumat (11/12/2015).

Alasan terkuat lainnya karena sudah ada prediksi bahwa petahana bupati yang akan menang sehingga pemilih malas menggunakan hak suaranya. Menurut Mada hal ini dialami masyarakat suburban di mana karakteristik politiknya semakin pragmatis sehingga mereka mengalokasikan waktu untuk kegiatan lain daripada  untuk menggunakan hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Advertisement

Ia juga menyoroti minimnya sosialisasi baik dari KPU Sleman selaku penyelenggara Pilkada, pasangan calon (paslon) maupun partai sebagai mesin politik. “Terutama kandidat, sepertinya tidak terlalu intensif sehingga tujuan kampanye masih belum teraih secara ideal,” ujar Mada.

Harapannya, lanjut dia, calon lebih intensif bersentuhan langsung dengan masyarakat. Semua pihak perlu mengevaluasi diri. Jika tidak, pemilu selanjutnya pun tidak akan mengalami perubahan positif.

Ketua KPU Sleman, Ahmad Shidqi secara tidak langsung mengakui jika tren partisipasi pemilih untuk Pilkada 2015 menurun. Pihaknya menilai partisipasi Pilkada jangan dibandingkan dengan Pileg, Pilpres maupun Pilkades. “Masing-masing punya karakteristik. Seperti atmosfir memilih, figur, dan karakter pemilihnya,” kata dia.

Advertisement

Shidqi mengatakan, masyarakat harus meletakkan sosialisasi SlemanSecara makro. “Secara makro melihat daerah lain, kita optimis Sleman capai target,” ungkapnya. Hingga saat ini pihaknya masih menunggu proses rekapitulasi dari 17 kecamatan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif