Jogja
Kamis, 21 Juni 2012 - 21:45 WIB

Polisi Mengaku Sulit Ungkap Kasus Kekerasan di LKIS

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

JOGJA—Kasus penyerangan peserta diskusi buku karya Irshad Manji di Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) beberapa waktu lalu sulit terungkap.

Advertisement

Kapolda DIY, Brigadir Jenderal Polisi Sabar Rahardjo mengatakan, polisi memanggil saksi dari pihak penyelenggara yakni LKIS. Namun keterangan yang diperoleh menyebutkan penyerangan dilakukan oleh sekelompok orang anggota Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Menurut Sabar, saksi tidak menunjuk perorangan.

“Tidak ada saksi [dari LKIS] yang menunjuk perorangan karena tidak berani, itu kesulitannya. Masa organisasi dijadikan tersangka, kan tidak bisa,” jelas Sabar di kompleks Kepatihan Jalan Malioboro Jogja, Kamis (21/6).

Polisi juga telah memanggil ketua MMI Irfan S Awwas, dan mempersilakan menunjuk individu yang telah melakukan penyerangan. Tetapi saksi yang dihadirkan belum bisa memberikan keterangan terkait pelaku.

Advertisement

Kendati belum ada titik terang, Polda DIY berjanji akan mengusut tuntas penyerangan peserta diskusi buku Allah, Liberty And Love itu. Yang dibutuhkan adalah, kata Sabar, saksi yang bisa menjelaskan siapa pelakunya.

Disinggung mengenai foto yang diabadikan awak media, menurut Sabar hal itu tidak bisa dijadikan sebagai bahan kesaksian.

Pasalnya belum tentu apa yang ada dalam foto tersebut adalah pelaku. Sesuai bunyi undang-undnag harus ada orang yang ditunjuk.

Advertisement

“Selama saksi bisa menunjukkan ini orangnya, siapa namanya, kami panggil,” tegasnya.

Ia menyayangkan saksi tidak berani menunjuk individu. Padahal saksi tahu orangnya yang diduga kuat melakukan penyerangan. Tentu saja bila berani menyebutkan nama akan dilindungi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Sabar juga menyindir polisi yang tidak ada di tempat ketika kejadian itu berlangsung.

Terpisah, penasehat hukum LKIS Syamsudin Nurseha membantah jika saksi yang menjadi kliennya tidak berani menunjuk individu. Fakta di lapangan, para pelaku menggunakan penutup wajah sehingga sulit dikenali.

“Klien kami kooperatif, tapi pelaku penyerangan sulit dikenali. Itu kan tugas polisi. Polisi jangan berlindung di balik ketidaktahuan itu,” pintanya. (ali)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif