SOLOPOS.COM - Ilustrasi kemacetan Jogja (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, JOGJA- Kepala Dinas Kesehatan Kota Jogja, Fita Yulia Kusworini mengatakan penyakit yang disebabkan oleh emisi buang kendaraan tak hanya berupa penyakit pernapasan, melainkan tergantung oleh jenis gas buang yang meracuni tubuh.

Misalnya, gas yang masuk adalah CO2 atau karbondioksida, apabila masuk ke dalam tubuh akan terikat pada Hemoglobin (Hb).

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Sementara, daya ikat karbondioksida lebih kuat dibanding oksigen (O2), dan bersifat meracuni. “Apabila reaksi ini terjadi pada ibu hamil, maka akan membahayakan janin. Keguguran, menjadi salah satu akibat dari reaksi tersebut,” jelasnya.

Sementara nitrogen oksida yang juga terkandung dari emisi buang kendaraan, bisa menyebabkan kanker. Plumbum (Pb) atau timbal bisa mempengaruhi kecerdasan anak.

Menurut Fita, salah satu solusi yang bisa dilakukan, bagi warga yang memiliki rumah di dekat jalan, bisa menanam tanaman perindang, untuk mengurangi dampak emisi buang kendaraan.
“Penyakit pernapasan termasuk kategori penyakit yang memiliki banyak sebab, bisa rokok, asap pembakaran, dan lainnya.

Tapi memang, untuk warga yang memiliki rumah di persimpangan jalan, lebih berisiko,” tandas Fita, dijumpai di ruang kerjanya.

Kepala Puskesmas Gondokusuman II, Okto Heru Santosa, yang wilahnya Jl Jenderal Sudirman masuk kategori emisi tinggi mengatakan lembaganya tak dapat langsung mendiagnosis penyakit pernapasan yang diderita oleh pasien diakibatkan pencemaran emisi udara akibat kendaraan.

Karena, biasanya, Puskesmas menggunakan sistem pasif dalam melakukan pendataan mengenai penyakit yang diidap oleh warga yang berkunjung.

“Penyakit pernafasan yang biasa menjadi profil adalah ISPA [Infeksi Saluran Pernafasan Atas], namun penyebabnya luas, bisa karena rokok, tertular, dan cuaca hujan seperti saat ini,” ujar Okto Heru Santosa.

Profil penyakit pernapasan, seperti misalnya saja ISPA baik pneumonia atau non pneumonia bisa didiagnosis akibat pencemaran emisi udara akibat kendaraan, apabila memang pasien terbukti tinggal di pinggiran jalan, dekat persimpangan jalan, atau di lingkungan yang sering dilewati kendaraan.

Sedangkan, lanjut Okto, seandainya pasien tinggal di lingkungan yang dekat dengan bank sampah misalnya, dan kemudian terdiagnosis ISPA atau penyakit pernapasan lainnya, berarti penyakitnya bukan disebabkan emisi buang kendaraan.

Secara teori, emisi dengan kadar tinggi dalam bentuk partikel padat di udara berada saat malam hari ketimbang siang hari.

Karena, jelas Okto, ketika siang hari emisi gas buang kendaraan langsung naik ke udara. Sementara pada malam hari saat suhu udara rendah, partikel berat dari emisi mengendap dan lebih mudah terhirup, juga turut mengendap dalam tubuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya