SOLOPOS.COM - Komandan SAR Parangtritis Ali Sutanto saat menunjukkan ubur-ubur yang menyerang pengunjung Pantai Parangtritis, Senin (20/7/2015) siang. (Harian Jogja/Arief Junianto)

Posko kesehatan di Pantai Parangtrits tidak mampu menampung pasien sengatan ubur-ubur

Harianjogja.com, BANTUL- Posko Kesehatan di Pantai Parangtritis yang digunakan untuk menampung wisatawan korban ubur-ubur dinilai tidak memadai.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Posko Kesehatan yang dibuka Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul tersebut menumpang pada bangunan Posko SAR Parangtritis. Di luar momen Lebaran, ruangan berukuran sekitar sembilan meter persegi itu biasanya dijadikan ruang kesehatan oleh petugas SAR bila ada korban kecelakaan laut.

Pada libur lebaran tahun ini, Posko Kesehatan itu dijejali ratusan pasien korban sengatan binatang laut ubur-ubur. Alhasil pasien harus berdesakan di ruangan sempit itu bersama keluarganya. Sementara hanya ada satu tempat tidur,  satu buah tabung oksigen serta satu box obat-obatan.

Lantaran ruangan tak mencukupi, sebagian besar pasien terpaksa berjejer di pasir tepat di halaman depan Posko SAR. Sebagian lainnya diamankan di ruang logistik Posko SAR.

Komandan SAR Pantai Parangtritis Ali Sutanto mengatakan, ruang kesehatan itu sangat tidak memadai. Luasnya tidak sebanding dengan jumlah pasien yang ditangani. Alhasil banyak pasien tidak tertampung di dalam ruangan. “Lihat saja kondisinya, ruang kecil seperti itu dipakai menangani ratusan pasien,” kata Ali Sutanto, Selasa (21/7/2015).

Kondisi tersebut menurutnya terjadi bertahun-tahun. Ia menyarankan otoritas terkait membangun Posko Kesehatan yang lebih layak, meski hanya berupa bangunan non permanen saat libur Lebaran. Apalagi bila menghadapi musim kemarau seperti sekarang, saat hewan ubur-ubur bermunculan di bibir pantai.

Selain ruangan yang tidak memadai, penanganan pasien ubur-ubur juga seadanya. Pasien hanya disemprot dengan cuka makan. Tidak ada obat khusus yang diberikan petugas kesehatan. “Cuka makan itu cara tradisional yang relawan SAR gunakan selama ini selain cabai untuk mengobati sengatan ubur-ubur. Itu juga yang digunakan petugas kesehatan jadi tidak ada obat khusus,” ujarnya.

Belum lagi jumlah petugas kesehatan yang tersedia hanya dua orang, padahal pasien yang ditangani mencapai ratusan orang. Dalam dua hari liburan lebih dari 400 orang tersengat ubur-ubur. “Yang bertugas hanya dua orang,” ungkap salah seorang petugas di Posko Kesehatan yang tampak sibuk menangani pasien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya