Jogja
Senin, 26 Maret 2018 - 18:40 WIB

Probosutedjo Pernah Hidup Melarat Sebelum jadi Pengusaha Sukses

Redaksi Solopos.com  /  Bhekti Suryani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Dokumentasi saat Ketua Umum PNI Front Marhaenis, Probosutedjo, membacakan pertanyaan yang memprotes pernyataan Presiden BJ Habibie tentang Komunis, Marhaenis serta Sosialis, di Jakarta, Jumat (7/5/1999). (JIBI/Solopos/Antara/Jaka)

Probosutedjo pernah hidup susah sebelum menjadi pengusaha sukses.

Harianjogja.com, JOGJA–Almarhum Probosutedjo, adik mantan Presiden Kedua RI Soeharto selama ini dikenal sebagai penguasaha kondang.

Advertisement

Lini bisnisnya bertebaran di berbagai wilayah. Pria yang lahir di Jogja, 1 Mei 1930 silam itu mulai menjadi pengusaha dengan mendirikan PT Setia Budi Murni pada 1964. Lalu mendirikan PT Embun Emas. Ketika kakak tirinya, Soeharto, menjadi Presiden RI, Probo pindah ke Jakarta.

Probosutedjo juga mendirikan PT Mertju Buana pada 1968, yang dikenal sebagai pemegang monopoli cengkeh. Sejak itulah usahanya bermunculan. Beberapa perusahaan berdiri lagi: PT Garmak Motor yang bergerak di bidang keagenan mobil, PT Cipendawa yang bergerak di peternakan ayam, PT Kedawung yang merupakan pabrik gelas terbesar di Asia Tenggara.

Baca juga : Probosutedjo Dikenal Sebagai Pembela Soeharto di Ujung Orde Baru

Advertisement

Namun, di balik kesuksesannya sebagai pengusaha tak banyak yang tahu, Probosutedjo pernah hidup “melarat” sebelum kemudian menjadi pengusaha sukses.

Dalam buku berjudul Saya dan Mas Harto : Memoar Romantika Probosutedjo, diungkapkan perjalanan hidup almarhum sebelum menjadi pengusaha sukses.

Awal dekade 1960-an Probosutedjo mulanya bekerja sebagai guru di Simalungun, Sumatra Utara. Ia berkisah gajinya sebagai guru benar-benar hanya cukup untuk makan. Di tanah rantau ia tak punya tanah sejengkal pun untuk digarap dan menghasilkan uang. Dalam kondisi ekonomi yang serba sulit, anak pertamanya Dinarti Pertiwi lahir pada 14 April 1962.

Advertisement

“Narti kecil tidak mendapatkan susu yang berlebihan. Dia mengonsumsi susu murah merknya Kremola. Istri saya jungkir balik mengatur keuangan agar bisa membelikan makanan yang baik bagi Narti,” kata Almarhum Probosutedjo dalam kisahnya tersebut.

Bahkan karena kesulitan ekonomi pulalah ia terpaksa mencari tambahan uang dengan menjual buku pelajaran sederhana yang dicetak dengan mesin stensil.

Probosutedjo meninggal Senin (26/3/2018) pagi di RSCM setelah menderita kanker tiroid selama 20 tahun. Ia akan dimakamkan di kampung halamannya di Dusun Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif