Jogja
Selasa, 30 Juli 2013 - 18:03 WIB

Produksi Kakao di Kulonprogo Turun Drastis

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi JIBI/Harian Jogja/Antara

Foto Ilustrasi
JIBI/Harian Jogja/Antara

Harianjogja.com, KULONPROGO-Produksi kakao di Kabupaten Kulon Progo, mengalami penurunan dari 10.010 ton menjadi 470,67 ton pada semester pertama 2013, Januari hingga Juni 2013.

Advertisement

Kepala Seksi Produksi dan Perlindungan Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo Haryoto di Kulon Progo, Selasa, mengatakan penurunan produksi kakao disebabkan oleh anomali cuaca, serangan hama, dan perawatan tanaman kurang maksimal.

“Banyak tanaman kakao yang kurang dirawat oleh petani. Kami melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan produksi kakao mulai dari intensifikasi dan pemberian pupuk, pemangkasan ranting, serta penanganan hama secara intensif,” katanya, Selasa (30/7).

Ia mengatakan anomali cuaca menyebabkan buah kakao terserang hama helopeltis, PBK, dan penggerek batang. Hama itu menyukai kondisi yang lembab dan tanaman yang rimbun, sedangkan kondisi tanaman kakao relatif sangat rimbun.

Advertisement

“Kami mengimbau petani melakukan kegiatan pemangkasan cabang, sanitasi lingkungan, dan pengerodongan buah. Tapi petani tidak penah melakukan hal ini, sehingga hama pun menyerang buah kakao yang siap panen,” kata dia.

Dia mengatakan untuk meningkatkan produksi kakao, Kabupaten Kulon Progo mendapat bantuan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian berupa bantuan untuk perluasan tanaman kakao seluas 100 hektare.

Bantuan berupa bibit dan saprodi untuk tujuh kecamatan, yakni Kalibawang, Nanggulan, Pengasih, Sentolo, Kokap, Temon, dan Wates.

Advertisement

Saat ini, pusat tanaman kakao di Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan sebagian Pengasih.

“Rencananya, bantuan tanaman kakao akan dibagikan kepada petani sekitar Oktober atau musim penghujan tiba,” kata dia.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progo Bambang Tri Budi mengatakan luas lahan tanaman kakao 2.300 hektare dengan tingkat produksi 4,38 kuintal per hektare.

“Kami akan memfasilitasi hasil panen kakao, supaya saat panen kakao tidak hanya dijual begitu saja, tapi sudah bentuk bubuk dan turunannya, seperti cokelat. Tapi kami masih mengupayakan teknologi yang digunakan,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif