SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi. (Harian Jogja/Desi Suryanto)

Harianjogja.com, SLEMAN—Pengembangan desa wisata sebagai salah satu produk wisata unggulan akan menjadi prioritas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman.

Namun, Kepala Disbudpar Sleman, Ayu Laksmidewi mengakui, strategi pemasaran desa wisata masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera digarap tahun depan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ayu memaparkan, selama ini pihaknya telah menggunakan berbagai cara untuk mempromosikan desa wisata.

“Kami menggelar kegiatan yang bisa menarik wisatawan, misalnya family trip dan java summer camp. Kalau ada pameran, mereka [desa wisata] juga kita ajak,” kata Ayu kepada wartawan di Ruang Humas Setda Sleman, Kamis (11/12/2014).

Meski demikian, Ayu mengakui, pemasaran desa wisata masih belum optimal. “Kami berencana akan menyampaikan promosi paket desa wisata melalui kerja sama dengan PHRI [Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia],” ungkap Ayu kemudian.

Menurut Ayu, pengembangan potensi desa wisata sangat relevan dengan tren pariwisata yang mulai beralih ke alam.

“Desa wisata punya nilai jual yang baik, sepanjang dia mampu menunjukkan potensi lokal. Misalnya potensi alam, seni, budaya, atau kuliner yang dikelola masyarakat,” ujar Ayu.

Setidaknya terdapat 38 desa wisata yang resmi tercatat Disbudpar Sleman. Ayu berharap, pengelola desa wisata tidak latah dalam penawaran paket wisata. “Misalnya jangan semuanya outbond. Nanti kalau sama semua, jadi tidak menarik lagi,” ujar Ayu.

Desa wisata di Sleman dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu desa wisata tumbuh, berkembang, dan mandiri. Ayu mengatakan, klasifikasi tersebut bukanlah bentuk diskriminasi. “Ini memudahkan pendampingan karena kami harus membuat mereka berani memunculkan potensi yang khas,” ucap Ayu.

“Tidak harus ada kegiatan. Misalnya membiasakan anak-anak dengan permainan tradisional atau membuat masakan khas. Jadi selalu siap kalau sewaktu-waktu ada tamu,” kata Ayu menambahkan.

Sementara itu, Kepala Seksi Dokumentasi dan Informasi Disbudpar Sleman, Wasita menambahkan, pengunjung desa wisata didominasi komunitas masyarakat metropolis. “Terutama desa wisata mandiri, itu sudah ada jaringan sendiri,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya