Jogja
Jumat, 7 April 2017 - 09:55 WIB

PROYEK JALAN JOGJA-SOLO : Antisipasi Kemacetan, Ini Solusi yang Ada

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja menggarap proyek perbaikan Jembatan Sorogenen di Jalan Jogja-Solo, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan.

Proyek Jalan Jogja-Solo menimbulkan kemacetan.

Harianjogja.com, SLEMAN — Sejumlah kendaraan besar masih ngotot melintas di ruas Jembatan Sorogenen, Purwomartani, Kalasan pada hari kedua penerapan rekayasa lalu lintas pada Kamis (6/4/2017). Padahal sejumlah rambu telah dipasang agar kendaraan bermuatan berat menggunakan jalur alternatif melalui Piyungan dan Jalan Wonosari.

Advertisement

Baca Juga : PROYEK JALAN JOGJA-SOLO : Kendaraan Besar Masih Ngotot

Publikasi juga terus dilakukan agar pengemudi kendaraan berat tidak terjebak dan mengakibatkan kemacetan. Karena itu, pihaknya akan kembali koordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mencari solusi lain, salah satunya dengan menambah jumlah rambu lalu lintas.

“Selain itu, opsi menertibkan pedagang di sisi jalan juga mungkin akan dipertimbangkan. Selain penertiban, pedagang juga mungkin akan diminta untuk memundurkan dan menggeser dagangannya untuk menambah lebar badan jalan,” terang Sultan Fatoni, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Sleman, Kamis (6/4/2017).

Advertisement

Ia menilai penertiban diperlukan agar mempermudah lalu lintas. Selain itu, dikhawatirkan baik dagangan maupun pedagang kaki lima tersebut akan celaka akibat tertabrak kendaraan yang lewat dengan kondisi saat ini. Berdasarkan pantauan, lalu lintas cenderung padat merayap di ruas jalan yang dekat dengan Bandara Internasional Adi Sucipto ini. Kendaraan roda dua paling banyak melintas disertai sejumlah mobil keluarga. Namun, masih tampak beberapa truk, tangki, dan kendaraan
angkutan yang tetap nekat melintas.

Suprapto, salah satu pedagang soto di sisi ruas jalan dekat jembatan tersebut mengatakan sebelumnya sudah bertanya kepada pelaksana proyek terkait keberadaan lapaknya.

“Katanya tidak apa-apa jika saya tetap jualan, masih memadai luasannya,”jelasnya.

Advertisement

Ia bertanya ketika akan memasang bambu rangka warungnya paska-ambruk diterpa angin kencang awal pekan ini.

Menurutnya, apabila saat itu memang tidak diperbolehkan ia sebenarnya tidak akan membangun kembali. Hanya, ia sempat diimbau petugas menggeser lapak. Suprapto mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan karena pemilik ruko di belakangnya keberatan apabila halamannya digunakan untuk berjualan. Karena itu, jika diharuskan maka ia sementara memilih libur berjualan saja hingga perbaikan selesai dilakukan.

Sebagaimana diketahui, perbaikan Jembatan Sorogenen akan dilakukan hingga jelang masa mudik Idul Fitri mendatang. Perbaikan jembatan berusia 30 tahun dianggap mendesak karena lantai betonnya mulai retak dan membahayakan warga.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif