SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembuatan pupuk kompos (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Ilustrasi pembuatan pupuk kompos (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pengelola rumahan pupuk kompos (pupuk daun) mengeluhkan susahnya pemasaran lantaran masih kalah dengan perusahaan besar.

Promosi Selamat Datang di Liga 1, Liga Seluruh Indonesia!

Keluhan tersebut dilontarkan salah satu pengelola pupuk kompos di Dusub Gading I, Desa Gading, Kecamatan Playen. Ketua rumah kompos, Sukirman menuturkan saat ini rumah kompos yang dikelolanya memiliki stok 7,5 ton. Ia dan warga bisa menghasilkan lima ton dalam seminggu.

“Kami mengolah terus pupuk tersebut. Tapi menjualnya musiman. Kami terus terang masih kalan dengan perusahaan besar,” paparnya, belum lama ini.

Beruntung ada kerjasama dengan sebuah usaha pembibitan jati yang siap membeli pupuk kompos hasil produksi warga tersebut. Ia menjual pupuk tersebut dengan harga Rp500 per kilogramnya.

Rumah kompos di Dusun Gading mulai beroperasi sejak 2011 lalu. Kala itu ada bantuan dari Kapedal berupa bangunan rumah kompos, mesin pencacah serta kendaraan pengangkut sampah.

Rumah sampah ini dikelola oleh Sukirman dan beberapa penduduk lainnya. Salah satu anggota, Nanang Widiarto menuturkan pengelolaan tersebut berbasis gotong royong dan suka rela. Para anggota tidak mengutamakan imbalan.

“Motivasi utama kami ya demi kesehatan dan memanfaatkan sampah organik agar lebih berguna,” papar dia.

Pupuk kompos hasil produksi rumah kompos tersebut mengandung 40% kotoran sapi da 60% daun-daunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya