SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi (JIBI/Dok)

Puluk Organik sempurna belum bisa diterapkan di Gunungkidul. Petani masih menggunakan pupuk kimia namun dengan takaran tertentu

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Gunungkidul memprediksi panen di Musim Tanam Pertama tahun ini meningkat sekitar 4%.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Namun untuk meningkatkan produktivitas yang lebih maksimal, petani harus didampingi secara berkelanjutan. Selain itu, upaya perawatan disarankan untuk menggunakan pupuk organik.

Ketua Ikatan Petani Organik Gunungkidul Iswanto mengatakan, petani belum bisa meninggalkan pupuk kimia. Padahal kalau hal tersebut bisa dilakukan, maka panen yang didapatkan akan lebih maksimal.

“Masih belum bisa, namun proses itu akan kami lakukan secara perlahan. Caranya dengan mengurangi pupuk kimia dan diganti dengan organik dengan cara bertahap,” kata Iswanto kepada wartawan, saat meninjau panen padi demplot di Dusun Tumpak, Ngawu, Playen, Minggu (15/3/2015).

Dia mengakui, saat ini model pertanian yang dikembangkan masih semi organik, karena masih menggunakan sebagian pupuk kimia untuk pemeliharaan. Namun demikian, panen yang dihasilkan dapat maksimal karena per hektare mampu menghasilkan 12 ton gabah.

“Selain pola pemeliharaan, guna meningkatkan produktivitas harus ditingkatkan dengan cara memperbanyak program pendampingan melalui sekolah-sekolah lapangan,” ujarnya.

Menurut dia, untuk menggairahkan petani untuk bercocok tanam tidak hanya sebatas pelatihan teori. Sebab, masyarakat perlu diberikan praktik di lapangan, bagaimana cara menanam dan bertani dengan benar.

Dia berpendapat dengan pendekatan sistem pertanian ini, sangat memungkinkan Gunungkidul menjadi wilayah swasembada pangan. Kalau itu bisa diujudkan maka kesejahteraan petani otomatis akan meningkat.

“Yang jelas dengan model pertanian ini, residu bahan kimia akan semakin berkurang. Saya juga sudah membuktikannya untuk tanaman cabai, kalau dengan metode biasa petani hanya panen 15 kali, maka dengan semi organik bisa mencapai 22 kali panen dalam setahun,” imbuhnya.

Kepala Dusun Tumpak, Desa Ngawu Playen, Sumanto mengaku telah menerapkan pola pertanian semi organik. Hasilnya pun cukup memuaskan, sebab setiap dua meter persegi lahan mampu menghasilkan delapan kilogram gabah, sementara dengan pupuk kimia murni hanya menghasilkan 5,6 kilogram.

“Komposisinaya 75% pupuk organiK dan sisanya menggunakan phonska. Hasilnya pun sangat baik,” kata Sumanto.

Dia mengakui, hasil panen ini merupakan yang terbesar selama menggarap sawah. Sumanto pun mengaku tidak lagi bergantung terhadap keberadaan pupuk yang seringkali terhambat dalam penyaluran. “Model ini akan saya pakai terus,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya