SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Pengurus Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY membahas kekerasan yang terjadi di Jogja bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kamis (24/5).

Selain kekerasan mengatasnamakan agama yang terjadi belakangan ini, mereka juga membicarakan hubungan sosial budaya agar Jogja tetap dalam situasi yang kondusif.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Beberapa pengurus PWNU yang hadir di Kantor Gubernur di Kepatihan Jogja antara lain Wakil Ketua PWNU DIY, Jadul Maulana dan Rois Syuriah PWNU, Azhari Afta, serta sejumlah pengurus lainnya.

“Kami membicarakan situasi sosial di Jogja dan rencana gerakan perdamaian untuk memulihkan kondisi,” kata Jadul saat ditemui wartawan di Kepatihan, Kamis (24/5).

Menurutnya, masyarakat Jogja tidak punya sejarah kekerasan. Bila ada masyarakat yang terkotak-kotak menandakan berpikiran sempit menggunakan agama sebagai alasan untuk melakukan tindakan kekerasan. Padahal, kata dia, agama dan budaya merupakan satu kesatuan untuk membendung perilaku anarkis.

Menurut dia, NU sebagai lembaga keagamaan akan membangun lagi ketentraman Jogja dengan menggelar budaya melalui kegiatan Gelar Seni Nusantara yang akan dihelat di Pondok Pesantren Opak Piyungan Batul 1 Juni 2012.

“Kegiatan ini digelar sebagai upaya NU untuk mengembalikan ketenteraman Jogja melakui gelar seni nusantara,” ujar Jadul. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya