Jogja
Rabu, 15 Juni 2016 - 07:20 WIB

RAZIA BANTUL : Sosiolog : Berhenti Anggap Prostitusi Sebagai Penyakit Masyarakat

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi (Dok/JIBI/Solopos)

Razia Bantul terus digalakan selama Ramadan.

Harianjogja.com, BANTUL– Selama sebulan terakhir aparat keamanan telah menangkap lebih dari 60 orang yang diduga Pekerja Seks Komersial (PSK) serta pasangan di luar nikah. Cara-cara represif tersebut dinilai tidak efektif menanggulangi prostitusi di wilayah ini.

Advertisement

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujidto menyampaikan kritik keras terkait aksi represif yang kerap dilakukan aparat keamanan di Bantul. Tindakan tersebut menurutnya tidak efektif mengatasi praktik prostitusi di wilayah ini. Buktinya, praktik prostitusi tetap merajalela.

Para korban razia tersebut menurutnya selama ini sudah hidup dalam himpitan ekonomi. Negara menambah lagi beban mereka dengan menggelar razia di sana sini. Ditambahkannya, kalangan lemah seperti PSK sangat rentan menjadi target represi aparat.

“Harusnya orang lemah seperti mereka dirangkul, diedukasi, diberdayakan ini justru direpresi. Itu kan cara-cara lama yang dilakukan pemerintah daerah tapi enggak berhasil,” kritik peniliti Institute for Research and Empowerment (IRE) Jogja tersebut.

Advertisement

Pemerintah kata dia baiknya mencari akar persoalan munculnya protitusi, misalnya kemiskinan. Negara dapat hadir memutus rantai kemiskinan itu dengan berbagai kebijakan. Baik pemberdayaan, keberpihakan anggaran dan lainnya.

“Bukan justru mereka dibinasakan. Berhentilah menganggap mereka itu penyakit masyarakat,” tegas dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif