SOLOPOS.COM - Ilustrasi razia pengemis jalanan (JIBI/Dok.solopos)

Razia gelandangan di Sleman mengamankan sejumlah orang yang berkeliaran

Harianjogja.com, SLEMAN-Orang dengan gangguan jiwa masih banyak berkeliaran di Kabupaten Sleman. Seperti ditemukan di Jl. Magelang tepatnya di sebelah selatan Balai Desa Sendangadi, Mlati.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sleman yang bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Sleman, secara berkala telah melakukan razia. Setidaknya dalam satu bulan, razia dilakukan minimal delapan kali. Razia mengacu pada Perda DIY No.1/2014 tentang anak jalanan (anjal) dan gelandangan pengemis (gepeng).

Razia terakhir, Sabtu (19/9/2015), Satpol PP Sleman menertibkan lima anjal dan gepeng serta satu Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Gepeng anjal yang dijaring Satpol PP sebagian besar berasal dari luar Sleman seperti Magelang, Temanggung, Klaten, Kulonprogo dan Purworejo.

Kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Satpol PP Sleman, Eko Suhargono mengatakan, hasil razia akan langsung di bawa ke camp asessment Dinas Sosial DIY di Sewon Bantul. Sementara orang dengan gangguan jiwa dibawa ke rumah sakit jiwa. “Orang gangguan jiwa kami koordinasikan dengan keluarga kalau alamatnya jelas. Tapi kadang orang itu balik lagi ke jalan,” terang Eko, Kamis (24/9/2015).

Orang gangguan jiwa kembali ke jalan biasanya dikarenakan keluarga yang kewalahan mengatasi. Pasalnya jika semakin dikekang justru akan mengamuk.

Sementara itu, Kepala Disnakersos Sleman, Untoro Budiharjo, mengakui jika Pemkab Sleman belum memiliki Perda khusus untuk penangangan gepeng dan anjal karena saat ini masih dalam kajian. “Masih dikaji perlu atau tidak,” jelasnya.

Untuk penanganan orang dengan gangguan jiwa di jalanan, pihaknya tidak dapat melakukan penanganan langsung. Disnakersos hanya menyalurkan temuan ke rumah sakit jiwa. Orang dengan gangguan jiwa ini termasuk masyarakat yang terlantar sehingga penertiban mengacu Perda DIY tentang anjal dan gepeng.

“Kalau yang sakit jiwa kami hubungkan ke keluarganya. Kalau tidak, langsung diserahkan ke rumah sakit jiwa. Biayanya [rumah sakit] dikoordinasikan Disnakersos dan Dinkes,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya