Jogja
Sabtu, 1 Oktober 2016 - 05:40 WIB

RAZIA POLRES GUNUNGKIDUL : Razia Kendaraan Difokuskan di Wilayah Perkotaan

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ratusan sepeda motor disita sebagai barang bukti dari para pelajar yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) di Polres Kulonprogo, Kamis (4/8/2016). Polres Kulonprogo mulai pekan ini khusus melakukan razia kepada para pelajar yang berangkat sekolah menggunakan sepeda motor tanpa mengantongi SIM. (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Satlantas akan terus melakukan razia terhadap siswa-siswa yang belum cukup umur tapi sudah membawa kendaaraan.

Harianjogja.com, WONOSARI – Jajaran Satuan Lalulintas Polres Gunungkidul akan terus menggecarkan razia terhadap pelajar yang nekat membawa sepeda motor ke sekolah. Namun untuk langkah awal, razia akan difokuskan di wilayah perkotaan.

Advertisement

Data dari Polres Gunungkidul hingga akhir September terdapat tujuh pelajar dengan usian 11-14 tahun tewas di jalanan karena kecelakaan. Berawal dari kejadian ini, maka Satlantas akan terus melakukan razia terhadap siswa-siswa yang belum cukup umur tapi sudah membawa kendaaraan sendiri ke sekolah.

“Ini sangat memprihatinkan dan butuh perhatian dari semua pihak sehingga tidak ada pembiaran terhadap kejadian tersebut,” kata Kasatlantas Polres Gunungkidul AKP Samiyono saat ditemui wartawan di aula Masjid yang ada di Mapolres Gunungkidul, Jumat (30/9/2016).

Menurut dia, untuk saat ini masih banyak pelajar yang belum cukup umur menggunakan sepeda motor ke sekolah. Hal itu bisa dilihat dari razia yang dilakukan beberapa waktu lalu terdapat puluhan pelajar yang terjaring dalam operasi tersebut.

Advertisement

Guna menekan angka ini, Samiyono mengaku sudah melakukan koordinasi dengan Disdikpora untuk menggelar pertemuan kepala sekolah se-Gunungkidul. Hasil tersebut ditemukan fakta yang cukup mencengangkan karena kesadaran orang tua terhadap bahaya memberikan sepeda motor kepada anaknya yang belum cukup umur masih kurang. Padahal, kata Samiyono, diusia pelajar taraf emosional masih belum stabil, sehingga penguasaan kendaraan masih kurang. “Bagaimana tidak kaget ada guru yang mengaku sudah melakukan pelarangan membawa motor ke sekolah. Tapi setahun berikutnya saat penerimaan siswa baru, jumlah murid yang diterima berkurang drastis,” ujarnya.

Ditambahkannya, kondisi di lapangan bertambah rumit dengan melihat kondisi geografis dan sarana penunjang transportasi di Gunungkidul yang masih minim. Untuk itu, dengan berbagai persoalan yang muncul maka diputuskan untuk razia motor pelajar dilakukan di wilayah perkotaan terlebih dahulu. “Kami belum menyasar ke daerah, dan difokuskan di kota yang telah memeiliki sarana transportasi yang memadai,” ungkapnya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif