Jogja
Minggu, 11 September 2016 - 10:20 WIB

REAKTOR NUKLIR BABARSARI : Bagaimana Jika Teroris Ledakkan Bom dan Merusak Reaktor?

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam simulasi bencana di Kompleks Batan, Babarsari Sleman, Sabtu (10/9/2016). (Yudho Priambodo/JIBI/Harian Jogja)

Reaktor nuklir Babarsari diantisipasi terhadap kemungkinan bencana, salah satunya dengan simulasi bencana

Harianjogja.com, SLEMAN– Penanganan dan proses evakuasi bencana karena permasalahan teknologi nuklir ternyata memiliki prosedur yang tidak sembarangan. Berbeda dengan penanggulangan bencana alam seperti gempa atau tanah longsor persiapannya sangat detail dari sterilisasi hingga alat, dan juga pakaian penyelamanan. Semua itu dilakukan guna menjamin keselamatan korban dari radiasi nuklir dan zat berbahaya.

Advertisement

“Blooooooooooooooom!!!!”

Suara ledakan kencang memekakan telinga terdengar sangat keras tepat pada pukul 10.00WIB. Asap membumbung tinggi ke udara, kepanikan pecah disusul dengan jeritan dan tangisan dari para karyawan dan masyarakat. Kelompok teroris berhasil meledakkan bom sampai merusak jaringan reaktor nuklir di Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Batan, Sabtu (10/9/2016).

Advertisement

Suara ledakan kencang memekakan telinga terdengar sangat keras tepat pada pukul 10.00WIB. Asap membumbung tinggi ke udara, kepanikan pecah disusul dengan jeritan dan tangisan dari para karyawan dan masyarakat. Kelompok teroris berhasil meledakkan bom sampai merusak jaringan reaktor nuklir di Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) Batan, Sabtu (10/9/2016).

Reator nuklir yang rusak kini telah memakan puluhan korban tewas, serta ratusan korban luka-luka dan terkena radiasi nuklir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, SAR, Polisi, Tentara, petugas PMI, ahli nuklir bergerak cepat merespon terjadinya bencana karena kesalahan dan kerusakan teknologi nuklir tersebut.

Sementara pengeras suara yang ada terus berupaya memberikan peringatan dan imbauan bagi karyawan untuk menyelamatkan diri menuju sebuah gedung. Selang beberapa waktu gabungan petugas penyelamat datang menggunakan coverall (pakaian khusus anti radiasi nuklir) berwarna putih, dengan masker dan alat bantu pernafasan serta beberapa petugas lainnya dengan baju tugas dengan pelindung datang ke lokasi.

Advertisement

Bersambung ke halaman 2

Kehati-hatian, profesionalisme dengan mengetahui SOP penyelamatan sudah harus benar-banar dipahami oleh setiap petugas.

Selama kurang lebih 3 jam prosedural, yang sangat banyak satu per satu dilakukan dengan benar dan sangat berhati-hati. Itulah gambaran detik detik simulasi bencana kegagalan teknologi nuklir yang dilakukan di PSTA Batan pada sabtu (10/9/2016) siang.

Advertisement

Dalam simulasi yang sudah diskenario tersebut ledakan bom telah merusak reaktor Nuklir kartini di Kompleks Batan. Prosedur atas SOP harus benar-benar diperhatikan dalam upaya penyelamatan korban dan evakuasi korban tewas.

“Ketika terjadi kegagalan nuklir, tidak semua petugas evakuasi boleh masuk ke dalam. Harus dengan prosedur penyelamatan yang benar,” kata Kepala Pelaksana BPBD DIY Krido Suprayitno, disela-sela kegiatan simulasi bencana kegagalan teknologi nuklir di Kompleks Batan, Babarsari Sleman, Sabtu (10/9/2016).

Ada 500 personil dari berbagai elemen mulai dari Polisi, Tentara, SAR, BPBD sendiri, PMI, dan Ahli Nuklir mengikuti kegiatan simulasi tersebut dengan sangat serius dan sesuai dengan skenario yang telah dibuat.

Advertisement

Sementara Kepala Unit Jaminan Mutu Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Batan, Aris Bastianudin menjelaskan prosedur penanganan kondisi darurat nuklir memang bersifat khusus dan penuh dengan proteksi. Setelah tim evakuasi dipastikan dalam kondisi aman, barulah mereka bisa melakukan evakuasi lagi-lagi kehati-hatian sangat diutamakan selama proses evakuasi.

Bersambung halaman 3

Setelah tim evakuasi dipastikan dalam kondisi aman, barulah mereka bisa melakukan evakuasi lagi-lagi kehati-hatian sangat diutamakan selama proses evakuasi.

“Tim penyelamat selain harus berbaju coverall, mereka juga harus dilengkapi alat pendukung seperti survei meter nuklir, serta diwajibkan untuk mengonsumsi kapsul Kalium Lolida [Kl],” ujar Aris.

Dikatakannya lebih lanjut, dikarenakan reaktor yang terganggu dan meledak dimungkinkan zat Yodium 131, termasuk salah satu bahan radioaktif. Maka kapsul Kl tersebut juga berfungsi sebagai benteng dan pemblokir agar bahan radioaktif tidak masuk dalam kelenjar tiroid.

Belum selesai, usai melakukan setiap tugas yang telah dilaksanakan para petugas dengan semua alat termasuk kendaraan harus ikut di lakukan proses sterilisasi dengan disemprotkannya air dengan tekanan tertentu untuk menghilangkan radiasi nuklir. Tak hanya air, bahan cairan dekontaminasi juga dicampurkan untuk memastikan para petugas dan korban benar benar terbebas dari radiasi nuklir.

“Ini penting, sterilisasi ini untuk orang, baik tim penyelamat dan korban yang akan dibawa ke Rumas sakit harus dilakukan proses ini dulu. Supaya radiasi nuklir hilang dan tidak semakin menyebar,” tegas dia.

Dalam kehidupan nyata, reaktor nuklir di PSTA Batan yang lebih difokuskan untuk pendidikan dan penelitian jika terjadi sebuah kejadian serupa maka dampaknya akan berimbas hanya sekitar 200 meter saja. Dengan demikian ia mengimbau agar warga tidak perlu merasa khawatir yang berlebihan dengan teror radiasi-radiasi nuklir.

“Kami sudah perhitungan itu semua, lagipula dikawasan PTSA Batan juga banyak rumah dinas karyawan, jadi warga tidak perlu mencemaskan hal tersebut,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif