SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/dok)

Rekaman video di toilet menimbulkan rasa trauma bagi korban.

Harianjogja.com, JOGJA-Bagi korban pengintipan, jelas akan memunculkan akibat yang sangat mendalam. Sebut saja Yati, 25, yang pernah menjadi korban. Karyawan swasta ini menceritakan peristiwa itu terjadi ketika dia masih duduk di kelas XII SMA di rumah familinya.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

”Sekitar habis mahrib aku mandi. Pas lagi sabunan, tahu-tahu melihat ada ponsel sama tangan di ventilasi. Kaget, tapi tidak bisa teriak. Lagsung aku siram pake air segayung. Orangnya langsung lari,” katanya sambil menambahkan kebetulan kamar mandi memang ada di luar rumah.

Tidak cuma kaget dia mengaku, malu dan takut.

”Habis kejadian itu, sampai sekarang, setiap buka pintu kamar mandi,terutama mau mandi, pasti liat ventilasi dulu. Terus sambil mandi rutin nengok ventilasi. Bawaannya khawatir saja,” katanya.

Baik Psikolog sekaligus Dosen Fakultas Psikologi UGM, Rahmat Hidayat maupun psikolog Aksita Jogja, Luccia mengatakan trauma adalah salah satu akibat yang muncul bagi korban.

”Korban pasti trauma. Wajar karena bagaimanapun hal yang paling privat dilihat oleh orang lain tanpa izin. Beda dengan pasangan suami istri yang jelas sudah ada sebuah konsensus tentang hal itu.”

Bentuk trauma bisa macam-macam. Termasuk akan takut sendirian meski di kamar sendiri sampai melihat kamar mandi sebagai sesuatu yang menakutkan.

”Seperti jika kita pernah kecelakaan di suatu tempat maka akan muncul trauma ketika melihat tempat itu lagi. Atau takut ular karena pernah digigit ular. Semacam itu,” imbuhnya.

Tetap dalam kebanyakan kasus, trauma itu tidak akan tetap. Seiring waktu perasaan itu akan menghilang. Kecuali pada kasus dimana korban memiliki pemikiran yang terlalu jauh atau dogmatis. Jika seperti ini maka akan bisa memunculkan perubahan sifat korban.

”Misalnya, korban merasa orang yang kotor karena bagian privasinya dilihat orang atau menyalahkan diri sendiri karena tidak hati-hati dan menganggap apa yang dia alami adalah hukuman dari Tuhan. Tetapi itu terjadi pada orang-orang dengan karakter tertentu saja.”

”Dampak awal biasa berupa emosi seperti marah, jijik terhadap orang yang melakukan dan tempat kejadian, benci dan dapat pula memunculkan rasa ketakutan atau kecemasan terhadap kondisi atau lingkungan yang mirip dengan tempat kejadian. Apabila korban mengalami kondisi mental yang sangat terpukul, kemungkinan mengalami ketakutan berlebihan maupun kondisi trauma juga dapat terjadi,” tambah Luccia

Apakah pelaku dengan gangguan semacam ini bisa dideteksi dan bisa disembuhkan? Rahmad dan Luccia menyatakan sulit untuk mendeteksi. Tetapi bisa disembuhkan. Caranya dengan pendampingan oleh psikater atau psikolog. Tetapi syaratnya, pelaku harus mau terbuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya