Jogja
Selasa, 19 November 2013 - 11:48 WIB

Religiusitas Tekan Konsumerisme Masyarakat

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi money politics atau politik uang (JIB/Harian Jogja/Dok.)

Harianjogja.com, SLEMAN-Pemahaman keagamaan dan religiusitas para pendidik muslim menjadi faktor untuk mengendalikan konsumerisme mereka. Sebab, saat membelanjakan pendapatannya selalu mempertimbangan manfaat bagi lingkungan, kemaslahatan dan semata-mata beribadah.

Menurut Anton Bawono, saat ini profesi guru dan dosen yang menyandang status profesional atau mengantongi sertifikasi, memiliki ekspektasi yang cukup tinggi. Dengan predikat tersebut, sambung Anton, mereka memiliki pendapatan yang tinggi dibandingkan guru atau dosen nonsertifikasi.

Advertisement

“Dengan tunjangan  profesi, gaji guru sertifikasi sangat besar. Tingginya pendapatan guru dan dosen profesional ini, ditengarai membuat mereka juga menjadi konsumtif,” ungkap Anton usai meneliti Perilaku Konsumsi Keluarga Guru dan Dosen Muslim (Bersertifikasi) untuk meraih gelar doktoral di bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Senin (18/11/2013).

Namun, katanya, pemahaman keagamaan yang baik ternyata mampu menekan sikap konsumtif guru dan dosen bersertifikat. Meski mereka membelanjakan pendapannya, sikap kosumerisme mereka masih jauh dari konsumsi hedonis. Temuan tersebut diperoleh setelah Dosen STAIN Salatiga ini melakukan riset terhadap para guru dan dosen bersertifikasi di lingkungan Jogja.

Anton melakukan riset dengan metode survei. Penelitiannya didasarkan pada data primer yang diperoleh dari responden selama observasi lapangan. Ia  mengeksplorasi dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga muslim independen yang memiliki penghasilan sendiri dan bukan diperoleh dari warisan.

Advertisement

Adapun tingkat rata-rata kecenderungan konsumsi rumah tangga muslim didasarkan pada pertimbangan rasional dan etika Islam. Ini berarti, para guru dan dosen Muslim masih memiliki perilaku  konsumerisma secara proporsional dengan tidak  berlebihan. “Hasil analisis menunjukkan, variabel religiusitas mempengaruhi variabel penentu konsumsi. Variabel  religiusitas memiliki efek yang lebih dominan dalam menentukan perilaku konsumsi seseorang,” ujar pria kelahiran Bantul itu.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif