SOLOPOS.COM - Spanduk bernadakan dukungan terhadap program restorasi terpasang di lokasi bekas penggusuran, di Cemoro Sewu, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Minggu (25/12/2016) sore. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Restorasi gumuk pasir mendapat dukungan dari warga

Harianjogja.com, BANTUL-Aksi protes warga penghuni zona inti gumuk pasir di kawasan Cemoro Sewu, Desa Parangtritis, mendapatkan perlawanan. Bukan dari aparat, melainkan kali ini justru dari warga asli Desa Parangtritis sendiri.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Bahkan, jengah dengan sikap warga yang mengatasnamakan warga Parangtritis untuk melakukan penggalangan dana, warga asli Parangtritis pun sempat membubarkan aksi warga yang juga didukung oleh segelintir mahasiswa aktivis agraria.

Dari pantauan Harianjogja.com di lapangan, setidaknya terdapat tiga buah spanduk yang berisikan dukungan terhadap program restorasi gumuk pasir. Ketiga spanduk itu masing-masing terpasang tepat di gapura masuk lokasi gumuk pasir, di sisi utara bekas lokasi tambak, dan sekitar kompleks rumah karaoke.

Terkait hal itu, Ketua Perhimpunan Pemuda Harapan Rakyat (PRAHARA) Dusun Grogol X Desa Parangtritis Johan Suryo memang mengaku tak bisa menerima aksi para penghuni zona inti itu yang memakai nama warga Parangtritis untuk menggalang dana.

Bahkan ia menemukan fakta bahwa penggalangan dana itu tak hanya dilakukan di  lokasi penggusuran saja, melainkan juga via media sosial. “Bahkan pakai mencantumkan nomor rekening segala,” katanya kepada wartawan, Minggu (25/12/2016) siang.

Itulah sebabnya, ia bersama gabungan organisasi kepemudaan lainnya didukung dengan tokoh-tokoh yang berada di wilayah Parangtritis pada Kamis (22/12/2016) yang lalu mendatangi warga Cemoro Sewu. Bersama mereka, pihaknya pun sempat membubarkan aksi penggalangan dana di lokasi tersebut. “Itu bukan penduduk asli tapi minta bantuan mengatasnamakan warga Parangtritis dan Parangkusumo,” tambahnya.

Hal tersebut terungkap di beberapa  spanduk yang bertuliskan warga Parangtritis dan ada pula penggalangan lewat media sosial tersebut. Saat dirinya bersama ratusan warga mendatangi posko mereka tak bisa menjelaskan soal identitas kependudukan.

Tak hanya itu, mahasiswa yang mengaku membela kepentingan masyarakat tersebut tak bisa menunjukkan asal muasal mereka. Dari mediasi diperoleh kesepakatan diantaranya untuk berhenti menggalang dana dan mencopoti spanduk.

Menurut Johan, sebenarnya penduduk Parangtritis mau membantu proses menyelesaikan warga terdampak penggusuran dengan mediasi ke beberapa pihak. Namun demikian karena justru merekalah yang kurang santun warga pun terkesan abai.

Johan menambahkan, melalui organisasi kepemudaan di Desa Parangtritis diantaranya Sos dl  (save our sand dunes lives), Komunitas Regeng Jogja, Gardu action, Pokdarwis Parangtritis, Garda Gempa  dan Jogo Satru Mancingan XI, warga sepakat mendukung upaya Pemerintah Kabupaten Bantul untuk restorasi gumuk pasir.

Dukungan tersebut lantas ditunjukkan warga dengan memasang sejumlah spanduk di beberapa titik di wilayah zona inti gumuk pasir Parangkusumo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya