SOLOPOS.COM - Jamaah salat Idul Adha meninggalkan area Gumuk Pasir, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Bantul, usai melaksanakan salat Idul Adha, Senin (12/9/2016). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Restorasi gumuk pasir akan dilakukan di kawasan Pantai Parangtritis

Harianjogja.com, BANTUL– Berbagai kalangan warga Desa Parangtritis, Kretek menentang rencana pemerintah membersihkan zona inti gumuk pasir dari bangunan dan vegetasi. Kebijakan itu mengancam sektor pertanian, peternakan hingga pariwisata di wilayah tersebut.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Pemkab Bantul melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mulai menyosialisasikan kebijakan restorasi gumuk pasir di Desa Parangtritis, Kretek ke sejumlah kalangan masyarakat terdampak pada Selasa (13/9/2016) di Balai Desa Parangtritis.

Pemerintah mengundang warga dari kalangan pegiat wisata, perwakilan peternak, pemilik tambak udang, petani serta warga yang bermukim di zona inti gumuk pasir.

Pertemuan yang digelar secara bergelombang itu dimulai dari pagi hingga sore. Warga satu per satu mengungkapkan keberatannya atas kebijakan pembersihan secara total area gumuk pasir dari vegetasi dan bangunan. Meski di sisi lain warga sepakat adanya penataan dan pembersihan gumuk pasir namun tidak secara total.

Musdiono, salah satu perwakilan warga dari kalangan pelaku wisata mengatakan pembabatan habis seluruh vegetasi gumuk khususnya di wilayah selatan yang berada dekat dengan bibir pantai bakal mengubur Pantai Cemara Sewu di wilayah itu.

Bersambung halaman 2

“Ada risiko, jangan sampai program ini yang mau menghabiskan vegetasi justru berakibat membunuh kami,” ungkap Musdiono, Selasa (13/9/2016).

Selama ini Pantai Cemara Sewu yang dikelola warga mengandalkan rimbun pohon cemara udang sebagai peneduh sekaligus daya tarik wisatawan berkunjung ke objek wisata tersebut.

Johan Diryo, pegiat Karang Taruna Desa Parangtritis sekaligus perwakilan dari kominitas wisata sandboarding mengatakan, kawasan wisata gumuk tersebut membutuhkan fasilitas dasar seperti bangunan untuk area parkir dan toilet.

Pembersihan bangunan di area tersebut menurut dia menyebabkan wisatawan maupun ribuan warga yang menggelar salat hari raya Lebaran dan manasik haji kesulitan memarkir kendaraan dan mencari toilet.

“Selama ini kami bangun toilet bukan untuk tujuan bisnis. Tapi memang dibutuhkan, jadi ada kotak sumbangan seikhlasnya. Itu yang membangun juga Karang Taruna. Kalau mau digusur akan ke mana,” kata Johan Diryo.

Bersambung halaman 3

Penentangan juga datang dari kalangan petani. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Pulung Haryadi mengatakan, petani menolak apabila seluruh vegetasi dibabat habis.

Menurut dia dari total 141 hektare zona inti gumuk pasir, hanya 69 hektare diantaranya yang berupa pasir utuh, lainnya tersebar area pertanian di sebelah selatan dan utara gumuk pasir.

“Warga maunya hanya 69 hektare saja yang dijadikan zona inti, tapi tidak menggusur wilayah pertanian. Karena kalau tidak ada tumbuhan, pasir akan menutup lahan warga. Kami pemerintah sementara menampung usulan warga,” kata Pulung Haryadi.

Dahulu kata Pulung, pemerintah justru memprogramkan penghijauan di kawasan gumuk, meski dinamika saat ini berubah sebaliknya. Ribuan batang pohon yang telah ditanam warga bersama pemerintah itu akan dihabisi. Padahal sebelumnya ditanam agar pertanian dapat hidup di wilayah ini.

Penolakan selanjutnya datang dari warga yang memiliki pemukiman di zona inti gumuk pasir. Yus Kuncoro wara Dusun Grogol X Desa Parangtritis mempertanyakan alasan pemerintah merestorasi gumuk antara lain untuk pariwisata.

“Kalau soal pariwisata, sekarang sudah ada pariwisata di tempat ini. Yang dihadapi masyarakat sekarang butuhnya makan untuk hidup,” ungkap Yos Kuncoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya