SOLOPOS.COM - Ilustrasi longsor (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, BANTUL – Sekitar 7.000 jiwa warga Bantul tinggal di kawasan rawan bencana longsor yakni di kawasan perbukitan maupun lereng bukit.

Pemkab Bantul terus mendorong warga berada di wilayah beresiko dengan berbagai upaya dari mulai pemahaman, pelatihan dan program relokasi.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dewanto mencatat 7.000 jiwa dari sekitar 1.700 kepala keluarga tersebar di enam kecamatan yang telah dilakukan kajian mendalam untuk mengetahui tingkat resiko bencana longsor.

“Dari kajian yang sudah kita lakukan ada 16 desa di enam kecamatan yang berada diwilayah rawan longsor,” ujar Dewanto, Senin (15/12/2014).

Sebanyak16 desa berada di rawan longsor yakni di Kecamatan Piyungan meliputi Desa Srimartani, Srimulyo, Sitimulyo, Kecamatan Dlingo meliputi Desa Muntuk, Mangunan, Terong dan Jatimulyo, Kecamatan Pleret terdiri dari Desa Wonolelo, Imogiri, Girirejo, Karangtengah, Selopamioro, dan Sriharjo.

Sedangkan, Kecamatan Pundong satu desa Desa Seloharjo dan Kecamatan  Pajangan meliputi Desa Triwidadi, Guwosari, dan Sendangsari.

“Semua desa itu tingkat rawan longsornya berbeda-beda. Seperti yang selesai kami lakukan kajian di Pajangan ada sekitar 40 rumah di zona merah rawan longsor,” ujar Dewanto.

Menyikapi ancaman bencana ini Pemkab telah melakukan berbagai langkah penanggulangan. Dari mulai sosialisasi hingga gladi lapang yang bertujuan memberikan informasi dan pemahaman secara terbuka bahwa wilayah yang mereka tempati termasuk rawan bencana longsor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya