SOLOPOS.COM - Ritual mubeng beteng pada malam 1 Suro, Jumat (24/10/2014) malam. (Ujang hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Ribuan orang dari berbagai daerah DIY-Jawa Tengah melakukan ritual topo bisu sambil berjalan memutari benteng kraton (Mubeng Benteng), Jumat (24/10/2014) tengah malam. Tradisi Mubeng Benteng rutin digelar tiap tahun menjelang pergantian tahun jawa 1 Sura. Berikut laporan wartawan Harianjogja.com, Ujang Hasanudin.

Sebelum ritual Mubeng Benteng, para prajurit kraton terlebih dahulu melakukan doa bersama di Bangsal Srimanganti. Tembang macopat pun menggema tanpa bantuan alat suara pengeras. Suasana tengah malam terasa sakral.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Sejumlah warga lainnya yang tak bisa masuk kawasan Srimanganti karena penuh, turut tenggelam dalam prosesi tembang macopat di area Keben. Tak ada yang berisik atau bercanda. Mereka terlihat khusuk dengan penuh harapan.

Tepat pukul 00.00 WIB, dimana tahun berganti, prosesi Mubeng Benteng dimulai. Barisan pertama diawali oleh prajurit kraton dengan membawa satu bendera merah putih dan lima bendera dari kabupaten dan kota di DIY. Barisan kedua diikuti rombongan abdi dalem, lalu disusul ribuan warga lainnya dari belakang.

Mereka berjalan melalui jalur yang sudah ditentukan yaitu Jalan Kauman lurus ke Barat sampai Jalan Wahid Hasyim, lalu belok kiri menuju Pojok Benteng Kulon. Kemudian kembali belok kiri menyusuri Jalan MT Haryono hingga Pojok Benteng Wetan, lalu ke Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Rusra, Jalan Pekapalan dan kembali ke kawasan Keben Kraton.

Selama sekitar satu jam lamanya prosesi Mubeng Benteng, tak ada suara. Lampu penerang jalan sepanjang jalur Mubeng Benteng pun dimatikan dan diganti dengan obor-obor. Hening, begitulah suasana yang terasa. Hanya terlihat sejumlah warga melapalkan doa-doa tanpa suara.

Menurut GBPH Prabukusumo prosesi Mubeng Benteng sebagai laku intropeksi diri kehidupan selama hidup yang sudah dilalui. Kemudian berdoa untuk kehidupan kedepan. Warga yang Mubeng Benteng berdoa untuk diri sendiri, untuk Negara, untuk Kraton, dan masyarakat secara umum.

Adik Sultan Hamengkubuwono X ini mengatakan, 1 Sura di Jawa dmaknai berbeda-beda. Ada yang mandi, kirab pusaka, tapa di pantai, dan Mubeng Benteng. “Intinya hanya intropeksi diri,” kata Prabukusumo.

Sebelumnya, sekitar pukul 20.00 WIB, lebih dari 100 abdi dalem juga melakukan doa bersama dan potong tumpeng di kawasan Tugu Pal Putih. Selesai berdoa para abdi dalem berjalan kaki dari Tugu menuju Kraton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya