Jogja
Senin, 21 Oktober 2013 - 09:00 WIB

ROYAL WEDDING NGAYOGYAKARTA : Menjunjung Tinggi Kehormatan Perempuan

Redaksi Solopos.com  /  Wisnu Wardhana  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pondongan (JIBI/Harian Jogja/ Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com, JOGJAKanjeng Raden Tumenggung, Jatiningrat, kerabat Kraton mengatakan pondongan adalah tradisi untuk menjunjung tinggi kehormatan perempuan.

”Pondongan simbol tetimbangan mukti atau balance. Suatu simbol supaya mendapatkan kebahagiaan bersama. Sedih gembira bersama,” tutur pria yang akrab dipanggil Romo Tirun tersebut, Sabtu (19/10/2013).

Advertisement

Tradisi itu, menurut dia, sekaligus sebagai simbol bahwa di Kraton tidak ada istilah istri itu hanyalah sekadar konco wingking yang memposisikan kedudukan istri lebih rendah. “Inilah piwulang yang diberikan Kraton. Sudah sejak lama demikian,” katanya.

Menjadi satu dengan prosesi itu adalah ritual panggih. Panggih adalah prosesi bertemunya pengantin perempuan dengan pengantin pria seusai akad nikah. Prosesi ini lebih dulu dilakukan sebelum ritual pondongan tersebut.

Hayu bakal datang dari Bangsal Proboyekso, sedangkan Notonegoro datang dari Bangsal Kasatriyan.  Rombongan Notonegoro disambut dengan tarian edan-edanan yang diperankan oleh dua pasang abdi dalem laki-laki dan perempuan. Mereka membawa tombak dan buah- buahan dengan muka yang dirias selayaknya badut. Abdi dalem perempuan menari dengan lenggak- lenggok dan paras wajah yang kemayu.

Advertisement

“Ini tarian untuk tolak bala,” kata Ketua Dhaup Ageng KRT Yudohadiningrat.

Kedua mempelai kemudian dipertemukan di Bangsal Kencana. Berdiri berhadapan, sekitar tujuh langkah jaraknya, mereka saling melempar sirih sebanyak tujuh helai. Empat sirih dilempar Notonegoro ke arah Hayu dan tiga sirih dilempar Hayu ke arah Notonegoro.

Menurut Yudo, tujuh dalam bahasa Jawa adalah pitu. Pitu dikaitkan dengan pitulungan atau pertolongan. Harapannya, dengan tradisi itu, mempelai mendapatkan pertolongan dari Tuhan agar pernikahan tersebut dilanggengkan. Menurut Yudo, melempar sirih itu juga lambang saling melempar kasih sayang.

Advertisement

“Jadi saat melempar harus mengenai tubuh pasangan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif