Keceriaan itu seolah mampu menghibur hati Hemas yang setelah upacara siraman, ia mengaku merasa “‘kehilangan” anak- anaknya. Kelima anaknya bakal mengikuti kemana suaminya pergi.”Melepas anak tidak mudah meski kami bahagia,
karena dengan telah menikah semua, tanggung jawab orang tua selesai. Tapi, pasti, saya bersama Ngarso Dalem bakal merasa kesepian,” ujarnya.
Terlebih, usai ngunduh Mantu di Kudus pada 27 Oktober nanti, Hayu dan Notonegoro langsung terbang ke New York, Amerika Serikat. Hayu bakal melanjutkan studi di bidang teknologi di Negeri Paman Sam itu, sementara Notonegoro melanjutkan kontrak kerjanya menjadi staf di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Selama ini, Hayu dimata Hemas adalah sosok anak satu-satunya yang sering memperhatikan kesehatannya. Untuk mengusir kesepian karena “kehilangan” anak- anaknya, tak banyak kata yang meluncur dari mulut Wakil Ketua DPD itu. “Banyak cara lah untuk mengusir kesepian,” tuturnya.
Keluar dari Bangsal Kasatriyan, Isye, teman SMP Hemas berjalan lebih dulu. Ia tak pernah absen menghadiri ritual pernikahan putri Hemas. Meski dua minggu lalu sudah sempat bercengkerama lama dengan Hemas di Jakarta, perempuan berusia 60 tahun itu tetap ingin menghadiri acara itu sekaligus sebagai ajang reuni.
“Untuk kedua manten, semoga awet sampai kakek- nenek,” ujar Isye buru- buru meninggalkan Harian Jogja, kakinya yang tak beralaskan sandal keburu kepanasan menginjak tanah bercampur pasir.