Harianjogja.com, JOGJA – Memulai prosesi pernikahannya dengan putri raja kraton Ngayogyakarta, KPH Notonegoro dijemput dua tumenggung abdi dalem Bupati Nayaka Penghageng II di Kagungan Dalem Mangkubumen.
Dua abdi dalem itu, Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat dan KRT Yudahadiningrat diutus oleh KGPH Hadiwinoto yang berperan sebagai wakil Sri Sultan HB X.
Sejarahwan dari UGM, Djoko Suryo mengatakan prinsip tradisi dan budaya masih dipegang teguh kraton sekaligus perlu dilestarikan di tengah perkembangan zaman.
“Ada prinsip nilai yang ada dalam setiap prosesi tradisi di kraton, ini penting untuk dijaga sebagai bagian dari sejarah budaya, termasuk prosesi nyantri sebagai simbol masuknya kaum awam di kraton,” katanya di kraton Ngayogyakarta, Senin (21/10/2013).
Notonegoro dijemput bersama dengan kedua orang tuanya, untuk memasuki kraton diawali dari pintu belakang atau Kagungan Dalem Regol Magangan untuk selanjutnya masuk ke Dalem Kasatriyan.
Calon mempelai laki-laki mengenakan busana atasan atela putih, blangkon, kain wiron engkol, memakai keris dan beralas kaki. Sedangkan orang tua mengenakan beskap hitam untuk ayahanda dan kebaya tangkeban dan gelung tekuk untuk ibu.
Prosesi parakan nyantri dimulai sesuai jadwal pada pukul 09.00 WIB dengan penanggalan Jawa, Senin Pon 15 Besar Jumakir 1946.
Sementara acara pukul 10.00 WIB merupakan siraman untuk GKR Hayu di Sekar Kedhaton dan pukul 11.00 WIB di Kasatriyan untuk GKR Notonegoro.
(JIBI/Bisnis Indonesia/Pamuji Tri Nastiti)