SOLOPOS.COM - GKR Hayu dengan KPH Notonegoro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

GKR Hayu dengan KPH Notonegoro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pernikahan GKR Hayu dengan KPH Notonegoro pada 22 Oktober mendatang berbeda dengan pernikahan putri Sri Sultan Hamengku Buwono X sebelumnya.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X memastikan pawiwahan ageng GKR Hayu akan berbeda.

Dalam prosesi resepsi 12 kereta akan digunakan, jauh lebih banyak dibandingkan saat GKR Bendoro menikah. Demikian juga Sultan bakal menggunakan kereta Kraton sebagai sarana transportasi menuju Kepatihan.

Selain itu yang membedakan dengan pernikahan sebelumnya, Abra dan Angger berniat meluncurkan website pernikahan. Tujuannya, selain sebagai sarana berbagi dengan teman-teman mereka yang tidak bisa hadir karena persoalan waktu dan biaya, website ini juga dimaksudkan untuk memberikan informasi dan edukasi seputar prosesi pernikahan di Kraton Jogja.

Abra yang saat ini menjadi penghageng Tepas Tondoyekti Kraton Jogja untuk mengurusi IT dan dokumentasi mengaku peluncuran website tersebut berkaca pada pengalaman pernikahan Reni, adiknya.

“Informasi tentang tradisi pernikahan di Kraton ada yang salah. Sampai orang yang saya anggap expert, saat berita ditayangkan di televisi pun juga salah menyampaikan,” ujar perempuan yang memiliki jarak usia lebih muda 10 tahun dibandingkan calon suaminya ini.

Mereka berencana untuk meluncurkan website pada September ini. Angger yang notabene berasal dari luar lingkaran Kraton Jogja justru dianggap Abra mampu memberi gambaran seputar isi website yang ingin diketahui orang awam.

“Kalau saya kan sudah biasa melihat dan hidup dengan tradisi seperti itu, tetapi ternyata bagi orang luar itu menarik untuk diketahui,” urainya seraya menyebutkan Informasi yang akan ditampilkan seputar nama dan makna dari tiap prosesi yang dilalui dalam tradisi pernikahan di Kraton Jogja.

Soal sumber informasi, ia pun mempercayakan pada para Romo di Kraton yang terbiasa menangani masing-masing prosesi acara. Selain mempersiapkan website, Abra juga mengurus persiapan pernikahan sendiri. Sejauh ini, ia mengurus undangan, dekorasi, dan sejenisnya sendiri dan sudah hampir selesai.

Namun, ia mengaku tidak terlalu paham soal detail karena sewaktu pernikahan adiknya, GKR Bendara, ia tidak ikut mengurusi karena sibuk bekerja di Jakarta.

Dalam undangan, misalnya, ternyata ada aturan untuk frame serta penggunaan bahasa Jawa baku. “Kalau sudah seperti itu saya minta second opinion ke Ibu [GKR Hemas] atau Mbak Ita, tapi karena mereka juga sibuk jadi saya minta tolong mereka untuk review,” terangnya.

Abra menuturkan sang ayah [Sri Sultan] berencana untuk mengeluarkan banyak kereta untuk pesta pernikahannya. Sebagian kereta sudah diuji coba dan kemungkinan terjadi perubahan tanggal dalam resepsi. Pertimbangan itu didasarkan pada penjaminan keamanan dan jumlah personel keamanan, mengingat kereta yang dikeluarkan juga banyak.

Sebelumnya, direncanakan tiap prosesi akan dilakukan sama persis dengan pernikahan GKR Bendara dua tahun lalu. “Setelah berencana kereta akan dikeluarkan semua, kemungkinan tanggal resepsi berubah jadi 23 Oktober 2013 dari jadwal sebelumnya 22 Oktober 2013, tapi itu juga baru kemungkinan, belum ada keputusan,” ungkap Abra.

Jika perubahan tersebut jadi direalisasikan, nyantrik dan siraman akan dilangsungkan dalam satu hari, yakni pada 21 Oktober 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya