Jogja
Kamis, 29 Agustus 2013 - 09:45 WIB

ROYAL WEDDING NGAYOGYAKARTA : Sultan Belum Pilih Kereta

Redaksi Solopos.com  /  Maya Herawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/

Harianjogja.com-Gusti Kanjeng Ratu Hayu putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X akan menikah 22 Oktober mendatang. Bagaimana persiapan dan harapan Sultan atas pernikahan ini.

Advertisement

Persiapan demi persiapan telah dilakukan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk menuju hari H pada Oktober nanti. Mulai dari wisuda nama baru dan terakhir adalah uji kelayakan kereta Kraton yang akan digunakan oleh Raja dan Permaisuri pada resepsi pernikahan.

Ada tiga kereta yang pada pekan lalu dikeluarkan dari Museum Kraton, Jalan Rotowijayan, yakni kereta Kyai Wimono Putro, Jatayu, dan Harsunobo. Dari tiga kereta itu, satu di antaranya akan dipilih sendiri oleh Sultan untuk dinaiki menuju tempat resepsi.

Advertisement

Ada tiga kereta yang pada pekan lalu dikeluarkan dari Museum Kraton, Jalan Rotowijayan, yakni kereta Kyai Wimono Putro, Jatayu, dan Harsunobo. Dari tiga kereta itu, satu di antaranya akan dipilih sendiri oleh Sultan untuk dinaiki menuju tempat resepsi.

Hingga kemarin, Sultan mengaku belum menentukan pilihan kereta yang akan digunakan. Ia masih menunggu laporan uji kelayakan kereta itu. “Saya mau report [laporan] dulu, nanti di tengah jalan rusak ora, biar dicoba-coba dulu lagi, kita kan perlu yang save [aman],” ujar Sultan di Kompleks Kraton Keben, Selasa (27/8/2013) malam.

Saat penobatan menjadi Raja pada 1989 lalu, Sultan menggunakan kereta besar, yakni Kereta Kyai Garuda Yekso.

Advertisement

Saat pernikahan putri kelimanya GKR Bendara pada Oktober 2011 lalu, Sultan memilih menggunakan mobil pribadi untuk menuju Bangsal Kepatihan, tempat diselenggarakannya resepsi. “Ini karena mantu yang terakhir. Selain itu, karena kemarin ternyata bermanfaat untuk perkembangan turisme ya sekalian saja,” kata Sultan.

Kendati begitu, soal berapa penambahan jumlah wisatawan asingnya kala itu. Menurut Sultan, itu tak dapat dilihat secara langsung berapa penambahannya. Hanya, dengan perhetalan pernikahan GKR Bendara dengan iring- iringan kereta itu, pemberitannya meluas sampai mancanegara.

Banyaknya pemberitaan yang tersiar ke media internasional itu, menurutnya, tak lepas dari event organizer yang dapat bekerja dengan baik. Sehingga banyak koresponden internasional yang meliput. Kata Sultan, EO itu menyediakan tim khusus untuk komunikasi. “Makanya, ini saya mau ulang,” ujarnya.

Advertisement

Hanya untuk melakukan iring-iringan kereta Kraton itu, Kraton tak memiliki banyak kuda. Untuk kereta Raja sendiri berjumlah delapan kuda, sementara kereta-kereta yang digunakan oleh keempat putri lainnya masing-masing berjumlah empat kuda. Belum untuk kereta yang digunakan adik-adik sultan, dan para penari.

Maka itu, Sultan mengatakan, akan mengusahakan kuda dari Kavaleri Berkuda milik TNI AD di Parongpong, Bandung. “Kira- kira 20 kuda dari Kavaleri,” ujarnya.

Adapun, Kepala Biro Umum Humas dan Protokol Pemda DIY, Sigit Haryanto mengaku telah melakukan rapat sekali dengan Kraton untuk persiapan penggunaan Bangsal Kepatihan. Tak ada persiapan khusus yang dilakukan, karena kondisi bangunan cagar budaya itu telah diperbaiki sebelum digunakan pada pernikahan GKR Bendara.

Advertisement

Hanya, dari uji kelayakan kereta diperoleh fakta bahwa kuda terpeleset ketika memasuki bagian kuncung bangsal, tempat pemberhentian kereta untuk menurunkan manten. “Sehingga nanti perlu diberi karpet atau apa agar tidak terpeleset,” ujarnya.

Dan karena panjangnya kereta kuda yang sedianya digunakan Sultan, rencana keluarnya kereta melalui pintu belakang Kompleks Kepatihan yang tembus ke Jalan Mataram batal. Karenanya, pintu masuk dan keluar kereta tetap dari pintu utama Kompleks Kepatihan di Jalan Malioboro.

Sigit mengatakan belum mendapatkan informasi jumlah undangan yang akan memasuki bangsal. Bangsal menurutnya, tidak terlalu luas namun kalau dengan halamannya, kompleks bangsal itu mampu menampung sampai ribuan orang. “Saat pernikahan Jeng Reni [GKR Bendara] saat itu ada 1.250 undangan,” katanya.

Terpisah, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwonoto kepada Harian Jogja mengatakan akan mempercantik Kraton dengan mengecat beberapa bangunan di Kraton yang akan digunakan untuk acara pernikahan tersebut.

Pemeliharaan rutin Kraton yang biasanya dilakukan pada Agustus telah diajukannya pada Juni lalu. “Kalau pembiayaan itu menggunakan anggaran pemeliharaan rutin sekitar Rp20 juta-Rp25 juta,” ungkapnya.

GKR Hayu dengan nama kecil Gusti Raden Ayu Nurabra Juwita dilamar oleh Angger Pribadi Prabowo pada 20 Juni lalu. Angger yang kemudian mendapatkan nama KPH Notonegoro adalah seorang staf biro Manajemen Perserikatan Bangsa- Bangsa. Angger mengatakan pertama kali bertemu Abra dalam pertemuan alumnus SMA Negeri 3 Jogja.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif