SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun saat memasangkan IUD di salah satu akseptor KB dalam bakti sosial yang berlangsung di RSU Mitra Paramedika, Selasa (9/5/2017). (Arif Wahyudi/JIBI/Harian Jogja)

Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Paramedika menggelar bakti sosial pemasangan alat kontrasepsi gratis bagi masyarakat Sleman dan sekitarnya

Harianjogja.com, SLEMAN – Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra Paramedika bekerjasama dengan Pemkab Sleman melalui Badan P3AP2KB menggelar bakti sosial pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim atau intra uterine device (IUD) gratis bagi masyarakat Sleman dan sekitarnya, Selasa (9/5/2017).

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

Baksos penunjang program keluarga berencana (KB) itu sekaligus menjadi partisipasi nyata RSU Mitra Paramedika untuk turut menyongsong peringatan hari jadi ke-101 Kabupaten Sleman, 15 Mei mendatang.

Direktur RSU Mitra Paramedika, Ichsan Priyotomo mengungkapkan, baksos yang dilakukan mencakup dua hal, yakni pemasangan dan pelepasan IUD dan implant. Semuanya tergantung kebutuhan para warga yang ingin memanfaatkan layanan gratis ini.

“Ini salah satu upaya kami untuk mendukung program KB yang telah dicanangkan pemerintah. Sekaligus ini juga untuk membantu langkah Pemerintah Kabupaten Sleman yang sedang gencar menggiatkan program KB,” ujarnya di sela-sela berlangsungnya acara.

Ichsan menjelaskan program tersebut sejauh ini rutin dilakukan setiap tahun sekali. Dalam baksos berhasil didapatkan 65 akseptor KB. Perinciannya, sebanyak 27 orang melakukan KB IUD dan 38 orang melakukan KB implant.

Dalam kesempatan itu juga berlangsung tanya jawab dan konsultasi tentang program KB. Dokter spesialis obsgyn RSU Mitra Paramedika Taufik Rahman Alkaff menyampaikan, realisasi program KB menjadi cara paling tepat untuk menopang pembangunan bangsa. Apalagi menurut dia, laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sangat besar.

“Jika laju pertumbuhan penduduk tidak sesuai dengan ketersediaan sumber daya alam tentu saja yang terjadi adalah kemiskinan. Ini harus diantisipasi,” ujarnya menambahkan.

Beruntungnya, jelas Taufik, masyarakat saat ini juga sudah memahami arti pentingnya KB untuk menuju keluarga sejahtera. Hal itu terlihat dari peningkatan jumlah peserta KB dari tahun ke tahun belakangan yang terus bertambah jumlahnya.

Adapun jenis KB suntik, menurut Taufik, saat ini masih menjadi pilihan utama masyarakat. Padahal KB jenis itu angka kegagalannya lebih tinggi dibandingkan cara IUD atau implant.

“Kami akui stigma masyarakat untuk KB suntik memang paling bagus,” jelas dia.

Taufik pun lantas memberikan keyakinan, masyarakat tidak perlu takut terhadap efek samping KB jenis IUD atau pun implant. Dia tahu benar, sejauh banyak berseliweran anggapan di masyarakat bahwa IUD dan implant bisa menimbulkan kegemukan sehingga mengganggu penampilan. Padahal menurut Taufik hal itu tidak berengaruh sama sekali.

“Gemuk itu terjadi karena pola makan, bukan karena alat kontrasepsi yang ditanam dalam tubuh,” jelas Taufik.

Adapun IUD yang ditanam di tubuh menurut Taufik bisa bertahan hingga tujuh tahun. Setelah masa itu harus dilepas. Sementara untuk yang implan bisa ditanam hingga waktu tiga sampai empat tahun.

Dalam baksos itu juga dihadiri Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun. Sosok yang juga pakar dalam hal kebidanan itu bahkan secara langsung turut memasangkan alat kontrasepsi pada salah satu akseptor KB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya