SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul,Antonius Hary Sukmono sedang menunjukkan desain ruang terbuka hijau (RTH) yang akan dibangun diPadukuhan Duwet, Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Rongkop di Kantornya, Rabu (20/3 - 2024). (Harianjogja.com/Andreas Yuda Pramono)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul akan membangun ruang terbuka hijau (RTH) terbesar di Perbatasan DIY – Jawa Tengah, tepatnya di Padukuhan Duwet, Kalurahan Karangwuni, Kapanewon Rongkop.

Saat ini pun Detail Engineering Design (DED) RTH tersebut telah selesai disusun. Hanya saja DLH dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat tidak dapat memastikan waktu pelaksanaan pembangunan karena belum adanya anggaran.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Kepala DLH Gunungkidul, Antonius Hary Sukmono mengatakan rencana pembangunan RTH tersebut merupakan inisiatif Pemkab Gunungkidul.

Selain itu, DLH telah menjalin komunikasi terkait rencana pembangunan tersebut dengan Paniradya Kaistimewan DIY.

“Setelah komunikasi dengan Paniradya, Pak Aris [Paniradya Pati] menginginkan luasan RTH tersebut ditambah,” kata Hary ditemui di Kantornya, Rabu (20/3/2024), dilansir Harianjogja.com.

Mengacu pada DED, luasan RTH tersebut mencapai 2.000 meter persegi. Tanah yang dipakai merupakan tanah milik Pemkab Gunungkidul, bukan tanah kas desa (TKD).

Hary menambahkan RTH tersebut menjadi salah satu wujud pengembangan kawasan selatan DIY, khususnya terkait dengan jalur jalan lintas selatan (JJLS).

Menurut dia, RTH harus merepresentasikan Keistimewaan DIY. Pasalnya, JJLS dalam waktu mendatang menjadi jalur utama kendaraan dari sisi timur.

RTH tersebut nantinya akan mencakup keberadaan plaza, playground, parkir bus, ampli teater, ruang seni, taman bayang, dan musholla. RTH juga dibangun lebih inklusif dengan keberadaan ramp difabel.

Sementara untuk konsep ekologis dan resapan air, RTH akan ditanami tanaman pandan, pohon keben, pohon waringin, cepaka, jambu dursono, nogosari, belimbing wuluh, suruh merah, dan sawo kecik.

“Konsep RTH kan jadi bagian dari masyarakat untuk menjalin interaksi sosial. Masyarakat kemarin juga meminta ada aktivitas sosial dan ekonomi,” katanya.

Dengan begitu RTH yang direncanakan dibangun dengan dana sekitar Rp11,3 miliar tersebut dapat memicu pertumbuhan ekonomi warga sekitar. Hary menegaskan RTH tersebut bukan rest area. Ada perbedaan fasilitas antara RTH dan rest area.

Kepala Bappeda Gunungkidul, Mohamad Arif Aldian mengaku belum dapat memastikan anggaran yang akan dipakai untuk pembangunan RTH perbatasan tersebut, apakah akan menggunakan APBD Kabupaten atau sharing dengan Pemerintah Provinsi.

Saat ini, pihaknya sedang melakukan penjajakan kemungkinan penggunaan dana keistimewaan. “Terkait penganggaran pelaksanaan pembangunan belum ada,” kata Arif.

Di lain pihak, Panewu Rongkop, Esi Suharto berharap pembangunan tersebut dapat terealisasi sehingga ada ruang representatif untuk menunjukan batas antara DIY dan Jawa Tengah. Menurutnya, RTH tersebut dapat memicu pertumbuhan ekonomi warga sekitar.

“Soalnya rencananya akan diberikan outlet-outlet untuk UMKM dan pusat oleh-oleh, dan juga ruang budaya,” kata Suharto.

 

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul “Wow! Gunungkidul Bangun RTH Terbesar di Perbatasan DIY – Jateng”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya