SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Antaranews.com)

Solopos.com, JOGJA — Masyarakat masih dibuat penasaran siapa sebenarnya yang akan menggantikan posisi Sri Sultan Hamengku Buwono X menjadi raja Keraton Yogyakarta?

Rasa penasaran masyarakat ini muncul lantaran kelima anak Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan GKR Hemas adalah perempuan semuanya. Padahal, dalam Paugeran Keraton Yogyakarta menyebut pemimpin Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah seorang laki-laki.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Sebenarnya, Sri Sultan HB X pada 2015 lalu telah mengeluarkan Sabda Raja yang disinyalir menyebut nama pengganti dirinya.

Baca Juga: Ternyata Ini Arti dari Sukoharjo, Kabupaten yang Dijuluki Kota Gadis

Lalu, siapa sosok pengganti Sri Sultan Hamengku Buwono X yang disinyalir disebut dalam Sabda Raja itu?

Dari informasi di jurnal penelitian yang diterbitkan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berjudul Elit, Cultural Capital, dan Sabda Raja dalam Sukses Kepeimpinan Keraton dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X mengubah gelar GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram.

Baca Juga:  Potret Masjid Tertua di Jateng, Beneran Mirip Masjid Agung Demak?

Sabda Raja tersebut menyiratkan bahwa putri sulung Sultan dengan GKR Hemas itu merupakan penerus Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Dalam menyampaikan Sabda Raja di bangsal Siti Hinggil tahun 2015 itu, hadir pula GKR Mangkubumi dan adik-adiknya serta kerabat keraton lainnya. Sultan meminta GKR Mangkubumi untuk duduk di kursi Watu Gilang, batu yang ditempati oleh pengganti Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Baca Juga: Ini Nama yang Digunakan Stasiun Jebres Solo di Awal Berdirinya

“Di situ saya menetapkan [GKR Mangkubumi]. Dia berhak duduk di kursi itu,” ucap Sultan.

Sabda Raja Sri Sultan Hamengku Buwana X mendapatkan kritikan dari kalangan internal Keraton Yogyakarta. Pasalnya, para adik Sultan kecewa karena tidak mengajaknya berdiskusi mengenai suksesi kepemimpinan atau pengganti Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Baca Juga: Selain Jadi Juru Kunci Gunung Merapi, Ini Pekerjaan Mas Asih Sekarang

Sri Sultan Hamengku Buwono pun menyadari Sabda Raja yang ia keluarkan akan menimbulkan perdebatan di kalangan saudara-saudarannya. Namun, dia berpendapat jika Sabda Raja ini tidak disampaikan akan menjadi risiko bagi Sultan maupun adik-adiknya.

“Adik-adik itu jangan hanya menggunakan ini [menunjuk kepala], tapi juga harus menggunakan ini [menunjuk dada]. Kalau baca menggunakan ini [menunjuk kepala], mesti kleru [salah], maka seharusnya menggunakan ini [kembali menunjuk dada],” ucap Sultan, sebagaimana diberitakan Solopos.com pada 2015 silam.

Baca Juga:  Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Ia menjelaskan, dalam falsafah Jawa, membaca situasi tidak pernah menggukan pikiran tetapi menggunakan perasaan.“Orang Jawa itu tidak pernah berbicara, mbok kita berpikir tetapi mbok kita menggalih,” ucapnya lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya