SOLOPOS.COM - Raja Kraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X di dampingi Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas (dua kanan di Dalem Wironegaran, Jogja, Jumat (8/5/2015). Pertemuan dengan puluhan perwakilan masyarakat Jogja tersebut Sultan HB X menjelaskan lebih terperinci tentang Sabda Raja dan Dawuh Raja beberapa waktu lalu. (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Sabda raja Jogja mengundang komentar dari kerabat kraton. Mereka diminta tidak mengatasnamakan trah HB saat berkomentar

Harianjogja.com, JOGJA-Cucu HB VIII atau putra dari almarhum GBPH Suryobronto, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Yudhahadiningrat mengatakan pendapat yang disampaikan masing-masing trah HB tidak masalah, karena semua mempunyai hak bicara. Namun ia mengimbau agar pendapat itu tidak mengatasnamakan semua trah HB.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

“Kalau pendapat pribadi ya monggo [silahkan]. Jangan mengatasnamakan semua trah HB kan tidak betul,” katanya saat dihubungi melalui telepon selular, Rabu (3/6/2015).

Menurut Yudhahadiningrat, banyak keturunan HB yang tidak ikut-ikutan komentar soal polemik Sabda Raja dan Dawuh Raja, seperti keturunan Gusti Bendoro Raden Ayu (GBRA) yang merupakan putri pertama almarhum HB VIII. “Jangan bawa-bawa nama trah lah,” ujarnya.

Pria yang memiliki nama asli Noeryanto dan menjabat Penghageng Tandayekti dan Penghageng Parentah Hageng di Kraton ini mengaku selama ini setiap ada pertemuan yang mengasnamakan trah HB, tidak pernah mengetahuinya, karena dirinya tidak pernah diundang.

Padahal Noeryanto atau Yudhahadiningrat merupakan trah HB VIII dan ia juga merupakan mantan ketua trah HB se-Jabotabek pada 2004 lalu.

Yudhahadiningrat kembali menegaskan bahwa polemik Internal Kraton merupakan permasalahan antara Sultan dan adik-adiknya (rayi dalem), sehingga yang lain tidak perlu ikut campur.

Sebelumnya, Selasa (2/6/2015) malam Raden Mas Heru Benowo (Trah HB VIII), Raden Mas Hertiasning (Cucu KGPH Suryobenowo/ trah HB VI), dan menantu KGPH Suryobenoro, menggelar jumpa pers di Ndalem Benowo di Jalan Retowijayan, Jogja. Ketiganya menyayangkan Sabda Raja dan Dawuh Raja yang dikeluarkan Sultan, karena dianggap akan memutus dinasti Hamengku Buwono.

RM Heru Benowo mengatakan keluarganya berkewajiban untuk mengingatkan Sultan karena menurutnya langkah yang dilakukan Sultan berpotensi merusak dinasti HB. “Jangan ewuh pakewuh untuk mengingatkan, ning ojo lali bahwa semuanya ya saudara,” katanya.

Kamis (28/5/2015) malam, trah HB se-Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) yang diwakili RM Isnoor Haryanto, selaku ketua juga menyampaikan pendapat, bahwa Sabda Raja keluar dari Paugeran Kraton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya