SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono X (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Sabda raja Sultan Jogja mendapat perhatian dari Dosen Filsafat Universitas Widya Mataram

Harianjogja.com, JOGJA-Dosen Filsafat Mataram Universitas Widya Mataram Heru Wahyu Kismoyo menyatakan, gelar Mangkubumi biasa dipakai untuk Putra Mahkota laki-laki sejak dahulu.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Namun, sejak HB IX tradisi pengangkatan putra mahkota tidak dilakukan, kemudian penunjukan HB X dilakukan melalui mekanisme musyawarah keluarga HB IX.

Heru menilai, apa yang terjadi di Kraton saat ini diluar paugeran adat.

“Apalagi tidak melibatkan musyawarah keluarga HB IX yang dulu memberi mandat kepada KGPH Mangkubumi [Sultan HB X] untuk bertahta,” kata Heru.

Menurut Heru, jika ingin meluhurkan asma para leluhur pendiri Mataram yang memang atas hubungan darah (bukan atas dasar persamaan gender), seharusnya kekuasaan kerajaan diserahkan sesuai paugeran adat,

Yakni, calon raja harus anak laki-laki seorang raja, urut tua, dari istri yang dinikahi secara sah menurut syariat dan cakap. “Dan didukung oleh pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan legitimasi dari dewan keluarga raja yang punya hak,” paparnya.

Pria yang tengah menulis desertasi tentang HB IX ini menyatakan, penobatan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi ibarat kosmis yang anomali sehingga tidak berputar pada porosnya.

“Sehingga mengganggu ritme kosmologi peradaban budaya adilihung yang selama ini mampu menata harmoni meski ditengah tekanan penjajahan Belanda,” terang Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya