SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sri Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

JOGJA—Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabda Tama di Bangsal Kencono, Kamis (10/5).

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Sabdatama atau amanat yang diucapkan seorang raja itu baru pertama kali diucapkan Sulan HB X sejak bertahta 23 tahun lalu.

Sultan mengenakan pakaian yang disebut pangagengan surjan taqwa motif kembang dipadu dengan kain batik motif parang rusak barong. Dalam acara itu, Sultan didampingi Sri Paku Alam IX, dan GKR Hemas.

Dalam Sabda Tama Sultan menyampaikan Puro Pakualaman dengan Kasultanan Ngayogyakarta adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dan Mataram merupakan negeri merdeka. “Mataram iku Negri kang merdika lan nduweni paugeran lan tata kaprajan dewe,” kata Sultan.

Sultan menegaskan bahwa Raja Pakualaman tetap Adipati Pakualam IX yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DIY. Sedangkan Gubernur DIY adalah Sri Sultan HB X sendiri.

Dalam acara yang dihadiri abdi dalem itu, Sultan menegaskan Mataram di bawah kepemimpinan Sultan dan Paku Alam memilih bergabung dengan NKRI dan mendukung keutuhan negeri.

Sultan menyampaikan Sabda Tama itu selama dua menit. Setelah itu Sultan didampingi Paku Alam IX dan GKR Hemas masuk kembali ke Kraton. Belum diketahui jelas latarbelakang Sultan mengeluarkan Sabda Tama tersebut.

GBPH Prabukusumo selaku adik Sultan mengaku tidak mengetahui maksud disampaikannya Sabda Tama. Prabukusumo menyatakan sebagai kerabat yang diberi tugas untuk menyiapkan tempat dan menginformasikan kepada para tamu undangan terkait pelaksanaan Sabda Tama. “Ngarsa Dalem tidak berbicara banyak, hanya memberikan informasi akan memberikan Sabda Tama. Saya betul-betul tidak tahu, saya hanya didhawuhi [diminta] untuk menyiapkan, tidak tahu persis,” ucapnya berulangkali.

Disinggung mengenai makna dibalik rangkaian kalimat Sabda Tama, Prabukusumo kembali mengelak. “Besok [hari ini] bisa ditanyakan kepada Ngarsa Dalem sendiri ketika ke kantor [Kepatihan],” jelasnya.

Terpisah, Ketua Paguyuban Semar Sembogo, Sukiman menangkap, apa yang disampaikan Sultan merupakan ketegasan sikap menanggapi apa yang dikehendaki rakyat DIY terkait berlarut-larutnya pembahasan Rancangan Undang-undang Keistimewaan. Dia menyepakati keistimewaan Jogja berangkat dari penetapan Sultan dan Paku Alam sebagai pemimpin daerah. “Ini sikap yang tegas, sesuai kehendak rakyat,” ujar Sukiman.

Penyampaian Sabda Tama kemarin diinformasikan secara mendadak pada pagi hari oleh kerabat Kraton maupun Pemerintah Provinsi DIY. Isi Sabda Tama bersifat rahasia sehingga sebelum dibacakan Sultan, tidak ada siapapun yang mengetahuinya kecuali Paku Alam. Pembacaan Sabda Tama dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB dan berlangsung kurang lebih dua menit.

Hadir dalam penyampaian amanat yakni kerabat kraton, sentono, kepala daerah di DIY, dan abdi dalem. Sebelum menyaksikan pembacaan Sabdatama, undangan mulai hadir di Bangsal Kencana pukul 13.30 WIB.

Prosesi pembacaan Sabda Tama diawali dengan kehadiran KGPAA Paku Alam IX, KGPH Hadiwinoto dan kerabat dalam Kraton dan Kadipaten Pakualaman dari Gedong Jene sekitar pukul 14.45 WIB.

Selang lima menit kemudian, Sri Sultan Hamengku Buwono keluar dari emper Prabayeksa dan melewati pintu tengah menuju Bangsal Kencono, smentara permaisuri mendamping Raja saat keluar emper dan menuju Bangsal Kencono melewati emper bangsal sebelah utara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya