Jogja
Jumat, 11 Mei 2012 - 09:45 WIB

SABDATAMA SULTAN: Mataram Bumi Merdika

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sri Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sri Sultan Hamengku Buwono X (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

JOGJA—Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabda Tama di Bangsal Kencono, Kamis (10/5).

Advertisement

Sabdatama atau amanat yang diucapkan seorang raja itu baru pertama kali diucapkan Sulan HB X sejak bertahta 23 tahun lalu.

Sultan mengenakan pakaian yang disebut pangagengan surjan taqwa motif kembang dipadu dengan kain batik motif parang rusak barong. Dalam acara itu, Sultan didampingi Sri Paku Alam IX, dan GKR Hemas.

Advertisement

Sultan mengenakan pakaian yang disebut pangagengan surjan taqwa motif kembang dipadu dengan kain batik motif parang rusak barong. Dalam acara itu, Sultan didampingi Sri Paku Alam IX, dan GKR Hemas.

Dalam Sabda Tama Sultan menyampaikan Puro Pakualaman dengan Kasultanan Ngayogyakarta adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dan Mataram merupakan negeri merdeka. “Mataram iku Negri kang merdika lan nduweni paugeran lan tata kaprajan dewe,” kata Sultan.

Sultan menegaskan bahwa Raja Pakualaman tetap Adipati Pakualam IX yang saat ini menjabat sebagai Wakil Gubernur DIY. Sedangkan Gubernur DIY adalah Sri Sultan HB X sendiri.

Advertisement

Sultan menyampaikan Sabda Tama itu selama dua menit. Setelah itu Sultan didampingi Paku Alam IX dan GKR Hemas masuk kembali ke Kraton. Belum diketahui jelas latarbelakang Sultan mengeluarkan Sabda Tama tersebut.

GBPH Prabukusumo selaku adik Sultan mengaku tidak mengetahui maksud disampaikannya Sabda Tama. Prabukusumo menyatakan sebagai kerabat yang diberi tugas untuk menyiapkan tempat dan menginformasikan kepada para tamu undangan terkait pelaksanaan Sabda Tama. “Ngarsa Dalem tidak berbicara banyak, hanya memberikan informasi akan memberikan Sabda Tama. Saya betul-betul tidak tahu, saya hanya didhawuhi [diminta] untuk menyiapkan, tidak tahu persis,” ucapnya berulangkali.

Disinggung mengenai makna dibalik rangkaian kalimat Sabda Tama, Prabukusumo kembali mengelak. “Besok [hari ini] bisa ditanyakan kepada Ngarsa Dalem sendiri ketika ke kantor [Kepatihan],” jelasnya.

Advertisement

Terpisah, Ketua Paguyuban Semar Sembogo, Sukiman menangkap, apa yang disampaikan Sultan merupakan ketegasan sikap menanggapi apa yang dikehendaki rakyat DIY terkait berlarut-larutnya pembahasan Rancangan Undang-undang Keistimewaan. Dia menyepakati keistimewaan Jogja berangkat dari penetapan Sultan dan Paku Alam sebagai pemimpin daerah. “Ini sikap yang tegas, sesuai kehendak rakyat,” ujar Sukiman.

Penyampaian Sabda Tama kemarin diinformasikan secara mendadak pada pagi hari oleh kerabat Kraton maupun Pemerintah Provinsi DIY. Isi Sabda Tama bersifat rahasia sehingga sebelum dibacakan Sultan, tidak ada siapapun yang mengetahuinya kecuali Paku Alam. Pembacaan Sabda Tama dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB dan berlangsung kurang lebih dua menit.

Hadir dalam penyampaian amanat yakni kerabat kraton, sentono, kepala daerah di DIY, dan abdi dalem. Sebelum menyaksikan pembacaan Sabdatama, undangan mulai hadir di Bangsal Kencana pukul 13.30 WIB.

Advertisement

Prosesi pembacaan Sabda Tama diawali dengan kehadiran KGPAA Paku Alam IX, KGPH Hadiwinoto dan kerabat dalam Kraton dan Kadipaten Pakualaman dari Gedong Jene sekitar pukul 14.45 WIB.

Selang lima menit kemudian, Sri Sultan Hamengku Buwono keluar dari emper Prabayeksa dan melewati pintu tengah menuju Bangsal Kencono, smentara permaisuri mendamping Raja saat keluar emper dan menuju Bangsal Kencono melewati emper bangsal sebelah utara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif