Jogja
Selasa, 20 November 2012 - 10:54 WIB

Sapi Langka, Picu Kenaikan Harga di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Sumadiyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/google image)

Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/google image)

JOGJA-Langkanya ternak sapi di DIY ditengarai memicu kenaikan harga daging sapi di daerah ini maupun di ibu kota.

Advertisement

Anggota Paguyuban Pedagang Daging Sapi Segoroyoso (PPDSS) Jogja, Arwan Widodo kepada Harian Jogja Senin (19/11/2012) menyatakan, harga ternak sapi kini melambung pasca Idul Adha. Harga ternak sapi usia muda yang
biasanya hanya Rp7 juta naik menjadi Rp9 juta.

Naiknya harga karena ternak sapi baik betina maupun pejantan mulai berkurang karena tersedot kebutuhan kurban. Arwan menduga, tingginya harga sapi di ibu kota diduga juga terpengaruh oleh minimnya pasokan dan mahalnya harga sapi dari daerah termasuk Jogja.

Sebab daerah ini rutin memasok sapi ke ibu kota dan sejumlah daerah lainnya seperti Jawa Barat. Tak hanya menyebabkan harga sapi di ibukota naik, di Jogja saja harga juga naik. Sebab sejak tiga hari lalu, PPDSS sepakat menaikan harga jual krakas (tulang dan daging sapi) dari Rp56.000 menjadi Rp60.000.

Advertisement

“Krakas sudah naik Rp4.000 kalau daging jadinya naik Rp8.000 dua kali lipatnya krakas,” terang Arwan yang berprofesi sebagai belantik penjual krakas. Keputusan menaikan harga jual krakas karena para
belantik harus menelan rugi beberapa hari terakhir akibat mahalnya ternak.

Sebab harga ternak mahal namun berat krakas tak sesuai target. Alhasil keuntungan dari menjual krakas ke pengecer daging sapi tak cukup mengembalikan modal yang dikeluarkan belantik untuk membeli sapi.

“Saya saja semalam rugi sampai Rp500.000 karena harga sapi mahal, setelah disembelih berat nggak seberapa. Intinya sekarang itu mencari sapi susah sekali,” lanjutnya.

Advertisement

Peneliti Ekonomi Bank Indonesia DIY Fadhil Nugroho menyatakan, kenaikan harga daging sapi di ibu kota harusnya tak serta merta menyebar ke Jogja atau daerah lainya. Sebab barang masih ada meski pasokan berkurang.

“Logikanya nggak perlu naik. Kan pasokan masih ada, apalagi ini barang diproduksi dalam negeri. Kecuali misalnya impor sangat bergantung dari luar,” tuturnya. Masalahnya kata dia, kadang para pedagang di daerah ikut terpengaruh dengan informasi yang diterima mengenai kenaikan harga, hingga ikut-ikutan menaikan harga daging sapi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif