SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

GUNUNGKIDUL—Uji coba pengelolaan sampah mandiri di Dusun Kepek I, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari selama lima bulan terakhir masih terhambat. Tidak semua warga berduit bersedia mengikuti program penanganan sampah yang dikelola aktivis lingkungan Karang Taruna Haksa Muda.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Kenyataan itu terungkap dalam rapat kerja Kelompok Kerja (Pokja) Pengelolaan Sampah Mandiri (PSM) Dusun Kepek I, belum lama ini di dusun setempat.

“Kami menemukan ada pegawai negeri sipil dan seorang lagi ketua RT di dusun kami tidak mau ikut program PSM ini. Ini patut disayangkan. Otomatis, beban iuran bulanan warga yang mampu secara ekonomi harus ditanggung masyarakat kecil,” ujar Ketua Karang Taruna Haksa Muda Mohamad Iksan Ariyanto.

Dari sebanyak 180 rumah, sekitar 15% tidak mau mengikuti program PSM sejak April 2012 karena berbagai alasan, salah satunya membayar tarif operasional PSM rata-rata Rp3.000 – Rp5.000 per bulan per keluarga berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Menurut Iksan, yang paling dianggap menyedihkan, beberapa warga masih memilih membakar sampah rumah tangga setiap hari yang menyebabkan polusi bagi tetangga sekitar. Sebagian lain bahkan masih nekat membuang sampah sembarangan di bantaran kali yang saat ini sedang dimanfaatkan kelompok budidaya ikan lahan kering untuk pemancingan umum.

“Ini menjadi pekerjaan rumah kami. PSM bukan sekadar mengambil alih tugas Dinas Pekerjaan Umum, melainkan mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah,” kata Tomy Wicaksono, Ketua Pokja PSM Dusun Kepek I.

Namun demikian program yang diprakarsai Kantor Pengelolaan dan Dampak Lingkungan (Kapedal) itu tetap bisa berjalan lancar. Dari sebanyak 160 pelanggan rumah tangga dan 20 pengusaha berada, sekitar Rp878.000 bisa dikumpulkan per bulan. Pendapatan tersebut masih dipotong untuk membayar dua petugas Rp600.000,  biaya operasional sepeda motor bantuan Kapedal Rp150.000 dan biaya pengangkutan sampah Rp150.000.

Guna menutup biaya operasional, pengelola sampah menjual sampah kering yang sudah dipilah. “Tiap dua pekan, hasil penjualan pemilahan sampah kering mencapai Rp130.000,” jelasnya.

Kepala Dusun Kepek I Sukirno menyambut baik komitmen pengelolaan sampah mandiri. Menurutnya, Kapedal Gunungkidul melalui dana alokasi khusus (DAK) 2012 kembali memberikan 30 tong sampah untuk mengatasi keterbatasan tempat sampah di Kepek I.

Terpisah, Kepala Kapedal Elvita Dwi Wahid mengatakan uji coba pengeloaan sampah mandiri di Gunungkidul berlangsung di tiga dusun di tiga desa, yakni Kepek, Baleharjo dan Wonosari. Lokasi uji coba sudah dilengkapi rumah sampah, sepeda motor, mesin pengolah sampah dan puluhan tong untuk merintis swakelola sampah rumah tangga.

“Pengelola sampah tidak sebatas selesai dalam menangani sampah rumah tangga dalam satu wilayah, tetapi harus mengubah perilaku masyarakat memilah jenis-jenis sampah serta memanfaatkan sampah rumah tangga untuk kegiatan ekonomis,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya