SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

JOGJA—Perjudian jenis togel marak di sejumlah wilayah di DIY.  Bahkan pengecer togel mampu meraup omzet hingga Rp1,5 juta setiap harinya.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Dengan menggunakan layanan pesan singkat, memudahkan para pengecer untuk melakukan praktik yang terselubung dan terhindar dari kejaran polisi.  Joni dan Doni, nama samaran mengaku tak memiliki keahlian lainnya, sehingga memilih menjadi pengecer togel hongkong.

Keduanya beroperasi di wilayah selatan Kota Jogja. Doni adalah pengecer sedangkan Joni adalah bandar. Setiap kali Doni menjual nomor, angka togel yang dibeli lalu dikirimkan kepada Joni melalui pesan singkat.

Omzet yang didapat mereka dalam sehari bisa mencapai Rp1,5 juta. Omzet yang didapat cukup besar karena pembeli nomor togel yang beruntung jumlahnya lebih sedikit ketimbang yang tidak beruntung.

Joni mengatakan, transaksi dengan pembeli biasanya dilakukan sebelum pukul 22.00 WIB, dengan menggunakan layanan pesan singkat. Setelah jual beli nomor itu ditutup, Joni lalu merekapnya dengan menggunakan kalkulator dan selanjutnya ditulis dikertas judi togel hongkong.

Rekapan itu dibuat dengan rangkap dua menggunakan kertas karbon. Pada pukul 23.00 WIB, Joni kemudian mengakses internet untuk melihat angka togel hongkong yang keluar. Kalau ada pembeli yang tembus angka, uang akan diberikan kepada pembeli nomor pada keesokan harinya.

Ia mengatakan, pembeli dapat memasang satu sampai tiga angka dengan uang Rp1.000. Jika tembus empat angka akan mendapatkan uang Rp2,5juta, untuk tiga angka Rp400.000, untuk dua angka Rp60.000. Sedangkan untuk satu angka bebas mendapatkan uang Rp10.000.

Joni mengaku selama ini tidak hanya bekerja dengan Doni saja. Di atasnya masih terdapat bandar yang sebelumnya mengenalkannya pada dunia perjudian togel hongkong. Menurut salah satu warga Kecamatan Sanden, Memet (nama samaran), belum lama ini ada pertemuan rahasia di wilayah pesisir Bantul untuk perekrutan calon pengecer togel. Di samping syarat mengumpulkan KTP, para calon itu juga harus setia menjaga kerahasiaan jaringannya.

“Tidak boleh nyathek [buka mulut untuk menyeret rekan seprofesi] jika tertangkap polisi. Kalau dipenjara, jatah untuk keluarga yang ditinggalkan sekitar Rp50.000 tiap hari. Jadi, kalau dipenjara tiga bulan, keluar dapat Rp4,5 juta,” ungkap Memet, pekan lalu.

Mengaku sudah meninggalkan pekerjaannya sebagai pengecer, laki-laki berumur 35 tahun itu masih mengenal seluk-beluk bisnis togel. “Togel pakai kupon sudah tidak jalan. Terakhir sekitar 2003 lalu. Sekarang modelnya online. Pesan cukup lewat SMS ke pengecer,” paparnya.

Meski tidak mengenal bandar yang dulu menjadi atasannya, Memet menjelaskan, bisnis togel dapat merebak karena adanya dukungan dari sejumlah aparat nakal. “Dari total pemasukan, bisa 60 persen yang dihabiskan untuk membayar pajak keamanan,” urainya.

Selain untuk aparat nakal, masih kata Memet, di sejumlah daerah juga disetorkan hingga ke karangtaruna. Istilahnya untuk mengisi kas. “Bantul belum begitu marak, sebab masih menginduk bandar dari Kota Jogja,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya