SOLOPOS.COM - Kegiatan terjung payung yang diselenggarakan TNI AU Paskhas Adi Sutjipto di Lanud Gading, Playen beberapa waktu lalu. seiring dengan perkembangan sektor pariwisata, Pemkab Gunungkidul ingin memanfaatkan lanud untuk melayani penerbangan perintis. (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Sejarah Gunungkidul ini mengajak untuk menyusuri keberadaan Lapangan Udara Gading

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL– Keberadaan Landasan Udara (Lanud) Gading sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Keberadaannya pun hingga kini masih ada dan diproyeksikan sebagai lokasi pelatihan calon pilot sebelum menerbangkan pesawat.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

(Baca juga : WISATA GUNUNGKIDUL : Lanud Gading Diusulkan untuk Penerbangan Perintis)
Kepala Desa Gading, Kecamatan Playen Sukirman mengatakan, saat ini lanud merupakan bagian dari otoritas penerbangan Akademi Angkatan Udara Lanud Adi Sutjipto. Kawasan ini juga sebagai kawasan steril di mana masyarakat umum tidak bisa beraktivitas di area landasan.

Dia bercerita, Lanud Gading dibangun saat penajajahan Belanda. Fasilitas ini dibangun untuk mengakomodasi kepentingan kolonial, terutama guna menerbangkan pesawat milik Pemerintahan Belanda kala itu.

Bahkan saat penjajahan berpindah ke tangan Jepang, lanud juga masih difungsikan seperti biasa sebelum ada perpindahan itu.

“Saya memang tidak tahu persis, tapi dari cerita leluhur dulu banyak pesawat yang naik dan turun di Gading,” katanya, kemarin.

Menurut dia, kondisi landasan saat ini sudah baik, di mana bagian runway sudah diaspal dengan panjang lintasan 1,4 kilometer dan lebar 50 meter. Untuk keamanan di sekitar lanud juga diberikan sabuk hijau dengan area luasan mencapai raturan meter. “Praktis sudah tertutup untuk umum karena operasionalnya menyatu dengan Lanud Adi Sutjipto,” ungkapnya.

Sebelum di bangun pada 2004-2012 lalu, kondisi landasan masih berupa tatanan batu alam. Kendati demikian, hal tersebut bukan masalah karena sudah banyak pesawat yang terbang dan mendarat di lapangan itu. “Sewaktu kecil saya sudah pernah melihat kegiatan tersebut,” katanya lagi.

Dia menjelaskan, untuk saat ini aktivitas Lanud Gading digunakan untuk pelatihan terbang calon pilot. Aktivitas itu dapat dilihat dari keberadaan pesawat kecil yang dilengkapi dengan pesawat tak bermesin.

“Biasanya pesawat kecil itu akan menarik pesawat tak bermesin dan setelah di atas akan dilepaskan, sehingga pesawat tak bermesin itu bisa terbang sendiri dan melakukan pendaratan,” katanya.

Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul CB Supriyanto membenarkan bahwa keberadaan Lanud Gading sudah ada sejak jaman kolonial. Bahkan keberadaannya sudah tertuang dalam sebuah buku yang mengupas tentang seluk beluk lanud.

“Saya punya koleksi buku itu, tapi untuk menjelaskannya harus membaca lagi biar tidak salah,” katanya.

Terpisah, Kapentak Adi Sutjipto Mayor Khusus Hamdi Londong belum bisa dikonfirmasi terkait dengan sejarah berdirinya Lanud Gading. Saat dihubungi melalui nomor ponselnya kemarin, dia mengaku sedang sibuk. “Nanti saja, saat ini saya sedang ada kegiatan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya