Jogja
Rabu, 2 Maret 2016 - 18:55 WIB

SEJARAH JOGJA : Kisah Samdhy, Saksi Mata Serangan Umum 1 Maret 1949

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Samdhy dan Siti melihat diorama yang ada di Benteng Vredeburg, Selasa (1/3/2016). (Gilang Jiwana/JIBI/Harian Jogja)

Sejarah Jogja dituturkan oleh Samdhy, salah satu saksi mata Serangan Umum 1 Maret 1949

Harianjogja.com, JOGJA –– Samdhy menggandeng lengan istrinya Siti Maryam masuk ke ruang Diorama I Benteng Vredeburg, Selasa (1/3/2016).

Advertisement

Langkah keduanya sudah terbungkuk dan tertatih, namun Samdhy kembali bersemangat kala melihat diorama yang ditampilkan di dalam  ruangan itu.

“Iki bu, waktu merebut percetakan percetakan. Suasananya persis,” kata Samdhy kepada istri yang berusia 10 tahun lebih muda darinya.

Advertisement

“Iki bu, waktu merebut percetakan percetakan. Suasananya persis,” kata Samdhy kepada istri yang berusia 10 tahun lebih muda darinya.

Diorama demi diorama pun mereka lewati bersama. Mata Samdhy tak lelah menyapu setiap detail diorama dan membaca keterangan yang tertera. Sesekali dia membandingkan suasana yang digambarkan dalam diorama dengan yang ada di memorinya.

Samdhy yang kini berusia 87 tahun masih duduk di kelas tiga SMP saat  bergabung dengan TNI Brigadir 17 Tentara Pelajar di Detasmen III Seksi I 68 tahun yang lalu.

Advertisement

Pengalaman pertamanya terjadi 19 Desember 1948, saat Belanda menerjunkan pasukan di pangkalan udara Maguwo. Sejak saat itu dia aktif bergerilya untuk merampas senjata yang akan banyak membantu perjuangna pasukan tanah air.

Berbagai pergerakan untuk mempersiapkan Serangan Umum dilakukan secara sembunyi-sembunyi, termasuk melalui gorong-gorong yang dibuat di sekeliling Jogja.

Pada hari H, 1 Maret 1949, serangan akhirnya dilancarkan dengan Hotel Toegoe menjadi sasaran utama. Hotel Toegoe dijadikan target karena pada saat yang sama di Hotel Merdeka, saat ini mejadi hotel Inna Garuda, para perwakilan Konferensi Tiga Negara dan wartawan berkumpul.

Advertisement

Maka ketika serangan umum terjadi, peristiwa itu langsung menggema ke seluruh dunia untuk mengumumkan bahwa Indonesia belum tunduk.

“Efeknya luar biasa, kabar itu langsung tersebar. Setelahnya saya terlibat juga dalam beberapa pertempuran lain,” kata dia.

Selepas masa damai, Samdhy mendapatkan tugas belajar ke Jepang. Sekembalinya ke Indonesia beberapa tahun silam, dia berkenalan dengan Siti. Prajurit yang kini tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) ini lantas mempersunting gadis yang dikenalnya di Shopping saat tengah berburu buku itu.

Advertisement

Pasangan Samdhy dan Siti kini dikaruniai seorang anak yang kini melanjutkan studinya di jenjang pascasarjana. Samdhy sendiri setiap menetap di kediaman lamanya di Lempuyangan bersama Siti yang masih setia bersama sampai hari tua.

“Sekarang perjuangan kami sudah selesai, giliran kalian generasi muda yang berjuang dengna ikhlas untuk memajukan Indonesia,” pungkas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif