Jogja
Selasa, 1 Maret 2016 - 15:40 WIB

SEJARAH JOGJA : Serangan Umum 1 Maret Harus Dijadikan Inspirasi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sebuah pertempuran pejuang bersama TNI melawan pendudukan belanda pasca Agresi Militer Belanda II terjadi di halaman Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Minggu (01/03/2015). Pertempuran itu merupakan bentuk drama treatrikal yang persembahkan oleh komunitas penggiat sejarah Djokjakarta 1945 dengan melibatkan sejumlah penggiat sejarah dari berbagai kota di Indonesia dalam rangkaian peringatan ke-66 Serangan Umum 1 Maret 1949. (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Sejarah Jogja pada 1 Maret 1949 harus dijadikan inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA — Peringatan Serangan Umum 1 Maret di Monumen Serangan Umum 1 Maret Selasa (1/3/2016) berlangsung khidmad. Namun beberapa siswa peserta upacara terpaksa tersungkur karena pingsan.

Advertisement

Upacara peringatan dilakukan di halaman Monumen Serangan Umum 1 Maret. Walikota Jogja, Haryadi Suyuti berperan sebagai insprektur upacara. Upacara yang diikuti oleh perwakilan pelajar, Polda, Kodim serta beberapa PNS dan anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI)  ini dimulai tepat pukul 07.30.

Meskipun cuaca tak terlalu panas, beberapa siswi yang ikut menjadi peserta terpaksa dibopong keluar barisan karena merasa lemas. Petugas kesehatan pun segera bertindak dengan memberikan perrtolongna pertama. Walau sempat menarik perhatian, beberapa peserta yang tak kuat berdiri tak mengganggu jalannya upacara.

Dalam arahannya, Haryadi mengatakan momen Serangan Umum 1 Maret merupakan bukti kuatnya strategi pejuang Indonesia dalam merebut kembali kemerdekaan.

Advertisement

Pertempuran yang hanya berlangsung selama enam jam itu terbukti efektif untuk menyadarkan dunia dan mematahkan propaganda Belanda bahwa Indonesia tidak lagi punya pemerintahan dan kekuasaan.

“Semangat itu harus bisa dijadikan inspirasi. Kita harus bisa melanjutkan perjuangan pahlawan sesuai peran dan tugas masing-masing,” ungkap Haryadi.

Saat ini, lanjut dia, musuh yang dihadapi Indonesia tak lagi seperti dahulu. Ancaman yang meningtai saat ini ada dalam bentuk kemiskinan, keterbelakganan, peredaran narkoba dan miras yang serius mengancam generasi muda. Dia pun meminta seluruh elemen masyarakat untuk taksekadar menjadikan peringatan ini sebagai romantisme sejarah.

Advertisement

“Ada pelajaran yang harus bisa diambil dari peristiwa itu. Kita sekarang harus sadar musuh kita berbeda dan harus kita perangi bersama,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif