SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi upaya pencegahan demam berdarah dengan fogging (JIBI/Solopos/Antara/Dedhez Anggara)

Sejumlah santri pondok pesantren krapyak diduga terserang demam berdarah

Harianjogja.com, BANTUL-Episode Bantul sebagai endemik demam berdarah terus berlanjut. Penyakit tersebut masih menghantui masyarakat Bantul.

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Kali ini, kawasan Pondok Pesantren (Ponpes) yang berada di kawasan Krapyak dan sekitarnya menjadi sasaran dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti itu. Setidaknya dalam 2 bulan terakhir, sudah ada 3 orang yang terjangkit penyakit demam berdarah.

Diakui sendiri oleh pengelola Ponpes putri Al Munawwir R1-R2 Ida Fatimah Zaenal, 3 orang yang terjangkiti penyakit demam berdarah itu semuanya adalah santri perempuan. Akan tetapi, ia menandaskan bahwa ketiga santrinya itu memang tak ada satu pun yang dirawat di RS.

Diakuinya, ketiga santrinya itu hanya dirawat di pondok dan satu di antaranya dibawa pulang oleh keluarganya.

Untuk itu, pihaknya lantas berkonsultasi dengan pihak Lurah Panggungharjo, Kecamatan Sewon. Tak sekadar menangani santrinya yang terkena serangan penyakit demam berdarah saja, pihaknya juga menegaskan pentingnya pencegahan agar vektor penyakit tersebut tidak menyebar luas.

“Lalu direspon lah dengan program kebersihan di lingkungan pendidikan,” ucapnya saat ditemui di kediamannya, Selasa (14/4/2015).

Terpisah, Kepala Dukuh Krapyak Kulon, Kunaini membenarkan jika wilayahnya sudah terjangkit demam berdarah. Hanya saja jumlahnya tidak banyak yang dari warga setempat, yang lebih banyak justru berasal dari lingkungan dalam pondok. Karena ada beberapa penghuni pondok pesantren putri Al Munawir yang diserang DB tersebut.

“Di sini memang ada, namun kalau warga Krapyak Kulon hanya 3 orang. Lebih banyak itu di dalam pondok,” ucapnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (14/4/2015).

Diakuinya, sebelumnya, serangan demam berdarah sebenarnya sudah pernah terjadi di kawasannya. Pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul telah melakukan fogging di luar Ponpes sebanyak dua kali tahun ini.

Fogging tersebut dilakukan atas dasar laporan dari pihak Dusun ke Puskesmas.

Setidaknya, di wilayah Dusun Krapyak Kulon, Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon sudah mendapatkan fogging sebanyak 4 kali.

Fogging masing-masing di area dalam Ponpes dan dua di sekitar ponpes. “Kalau di pondok memang agak sulit, karena pola hidup santri yang sering mengesampingkan sisi kebersihan,” terangnya.

Sementara Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Bantul, Pramudi mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah penyakit yang menimpa penghuni pondok pesantren tersebut adalah DB.

Karena untuk DB perlu dibuktikan dengan uji dan juga harus ada surat Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KDRS). “Kalau sudah difogging berarti ya sudah positif DB,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya